Popular Post

Archive for October 2016

Saijaku Muhai no Bahamut (Indonesia):Volume 1 Prolog - Pahlawan Hitam

By : Unknown
Seorang gadis menatap ke arah langit.
Seolah sedang terpikat oleh langit kegelapan, gadis itu menengadah seakan ditelan olehnya.
Namun, wilayah yang lebih rendah dari langit adalah merah.
Api merah yang bergoyang secara perlahan sampai keseluruh permukaan.
Wilayah kekuasaan yang mengendalikan seperlima dunia. Kastil Kerajaan Acadia hangus terbakar.
Sebuah kastil yang terbuat dari batuan keras yang dibangun tinggi, seolah membelah dirinya keluar dari dunia lain.
Sementara dikelilingi olehnya di mana percikan api merobohkan bangunan, gadis tersebut hanya menatap ke arah langit.

Para Naga menari di langit.
Pertempuran Drag-Knight dengan batas kehidupan mereka di mana mereka mengenakan senjata kuno abu-abu gelap di luar tubuh mereka.
Ratusan Naga berdansa di langit yang menyulutkan bara api sambil mereka menderu, sayap mereka terkoyak, dan jatuh.

"Apa kau tidak mau kabur, bocah?"
Gadis itu berbalik; mendengar suara dari belakangnya.
Ada seorang pemuda berdiri di sana.
Wajah tampan dengan rambut putih dan mata berwarna abu.
Laki-laki itu mengenakan cape(mantel longgar?) dengan kesan pola halus di atasnya bertingkah secara keren seperti seorang bangsawan, tapi dia melihat ke arah gadis itu dengan mata berkaca-kaca yang membuatmu membayangkan seekor binatang kelaparan.
Namun, gadis yang dibalut dalam gaun hitam(putih?) tidak mempunyai emosi di matanya, tidak ketakutan dan malahan memandang pada sang pemuda dengan matanya.
"......Apa kau salah satu yang membunuh mereka? Orang-orang kastil ini—"
"Aku melakukannya. .......Jika aku mengatakan itu, apa kau akan membalas dendam mereka? Baik, kemarilah."
Sebagai ganti ketakutan pada pertanyaan yang dilempar padanya, dia menarik pedangnya dengan gembira.
Itu adalah pedang cantik yang mempunyai beberapa garis perak pada sisi luarnya.
Senjata dewa yang merupakan kunci untuk mengaktifkan Drag-Ride dan mengendalikan—Sword Device.
"......Jika kau melakukannya, lalu bunuh aku tepat di sini juga."
"Apa......?"
Pemuda itu mengedutkan alisnya pada apa yang digumamkan gadis tersebut.
"Kalau Kerajaan akan musnah, lalu aku tidak punya tempat lain yang tersisa—."
"............"
Sang pemuda membuat paras licik, dan menatap pada gadis itu untuk sesaat.
"......Kuhahahaha! Oh aku mengerti! Jadi kau adalah gadis semacam itu! Seorang semacam itu! Ini adalah mahakarya! Hahahahaha! Hahahahahahahahahahahaha!”
Dia tiba-tiba menempatkan tangannya di atas dahinya dan tertawa seakan dia gila.
Meski begitu, gadis itu tidak menunjukkan balasan apapun.
"Ini membosankan...... Aku tidak akan membunuhmu, idiot. Keuntungan apa yang akan aku dapatkan dari membunuh seorang yang menyenangkan sepertimu?"
Selagi laki-laki itu berbicara, dia mengambil pedang lain yang menggantung di atas pinggulnya bersamaan dengan sarungnya dan melempar ke arah gadis tersebut.
Di atas sarung pedang yang terbenam di bawah permukaan tanah sembarinya membuat suara berat, itu memiliki hiasan indah yang terpahat di dalamnya.
"Aku akan memberikannya padamu. "Kekuatan" yang akan merubah takdir—Sword Device. Jadi kaburlah selagi mengambilnya bersamamu. Kastil ini akan musnah segera, nona."
Sang lelaki mengatakan itu sambil menaruh pada senyuman yang tidak membawa kegilaan apapun yang dia miliki sampai tadi.
“............”
Gadis itu mengambil diam-diam pedang tersebut.
Dia memeluk pedang yang terlalu besar untuk seorang tubuh mungilnya bersamaan dengan sarungnya.
Setelah sang pemuda tersenyum dengan tanpa takut melihat itu, dia berbalik dan berjalan ke dalam Kastil.
"Tunggu."
"Ada apa?"
Pemuda berambut perak berhenti karena suara gadis itu, dan dia berbalik dengan rasa malas.
"Apa itu......?"
Si gadis menunjuk ke arah langit.
Apa ada seorang iblis yang menghancurkan Kerajaan yang dikenal sebagai legenda yang tak terkalahkan.
Itu terbang ke berbagai arah di langit, di mana terdapat percikan api. Seekor Naga berwarna abu-abu yang menyebabkan kerusakan dengan menghancurkan Drag-Ride yang dimiliki Kerajaan satu demi satu.
Itu adalah Drag-Ride hitam pekat raksasa yang mempunyai warna sama seperti langit.
"Kukuku. ......entahlah. Kecuali, untuk mayoritas orang-orang dalam negara ini, kau bisa menyebutnya pahlawan hebat yang memusnahkan Kerajaan mengerikan."
"Pahlawan......?"
Lelaki itu menghilang selama gadis itu menengadah sekali lagi.
Dia tidak mendapatkan jawaban apapun.
Itulah kenapa, gadis itu berkeinginan untuk hidup sampai dia menemukan jawabannya.
Angin panas yang muncul dari sisi dalam kastil pun menjadi gerang, dan menyebabkan percikan-percikan yang jatuh di atas halaman bangunan membuat pusaran angin.
"............"
Gadis itu pergi ke dalam sumur sembari memeluk pedang yang diberikan padanya oleh pemuda itu.
Ketika dia terjun ke bawah sumur menggunakan tali yang menggantung, terdapat lubang penghalang dekat permukaan air.
Dia menggunakan kunci yang dia sembunyikan ke dalam kantongnya. Gadis itu berhenti tepat sebelum memasuki lubang itu.

Dia memandang sangat tinggi ke langit malam yang menjadi medan perang seolah dia ditarik olehnya.
"Ayah...... Aku—"

Gadis itu bergumam seakan dia mati.

Seirei Tsukai no Blade Dance: Jilid 1 Bab 3

By : Unknown

Bagian 1Langkah kaki keras terdengar sepanjang koridor Akademi.
Seragam berlengan panjang telah disediakan secara langsung untuk Kamito, yang mengikuti si kuncir kuda dengan rambut berayun.
Seragam yang Greyworth sudah persiapkan dirancang secara khusus untuk ia kenakan. Warna dasarnya sama dengan siswa yang lain, yakni putih, namun bawahannya sudah jelas bukan rok. Kain dari celana panjangnya, yang sudah diberi kekuatan pensucian, ia kenakan dengan bagus layaknya gentleman.
Sial, ukurannya sangat pas......dia sudah memperhitungkan hal ini sejak awal
Kamito mengutuk Greyworth dalam kepalanya.
“Bangunan Pengajar dan bangunan siswa terhubung di koridor lantai kedua. Kantin terletak di lantai pertama.”
Memandunya sepanjang bangunan sekolah adalah gadis yang sebelumnya, Ellis Fahrengart.
Ketika Kamito sedang mengganti seragamnya, sepertinya Greyworth sengaja mengutus Ellis.
Awalnya, ia jelas jelas menunjukkan wajah tidak suka, namun karena kepribadiannya yang serius, ia tak mengabaikan Kamito di tengah jalan dan secara bertanggung jawab terus membimbingnya.
Desain bangunan sekolah sangat sangat rumit dan agar bisa menciptakan ruang yang nyaman bagi Roh, telah mengadopsi standar dari gaya arsitektural insinyur Roh terbaru. Yang jelas, sudah pasti kalau desain telah mendapat banyak pertimbangan dari orang orang yang menggunakannya.
Menatap kuncir kuda Ellis yang berayun-ayun, Kamito mengingat percakapan yang tadi. Pada akhirnya, meski ia kurang puas dengan kondisi yang berpihak pada si Penyihir tua itu----
Mendengarkan nama itu, yang telah disebutkan, Kamito tak mempunyai pilihan lain.
Ren Ashbell – tiba tiba muncul tiga tahun lalu, Penari Tarian Pedang Spirit terkuat yang pernah ada.
Dan, Roh terkontrak milik Ren Ashbell itu adalah---
Roh Kegelapan dalam wujud gadis muda.
“......”
Sambil berjalan, Kamito mengarahkan pandangannya pada tangan kirinya yang terbungkus oleh sarung tangan kulit.
.....Nggak, nggak mungkin dia. Karena dia adalah----
Kamito menggeleng kepalanya. Mencoba menolaknya secara rasional --- tapi jangan jangan......pikiran pikiran rumit terus berkelebat dalam kepalanya.
......terserah deh. Akan kupastikan dengan mata kepalaku sendiri. Untuk sekarang aku tinggal menari di telapak tanganmu, Greyworth!
“Kamu.......”
Lalu Ellis, yang sejak tadi berjalan di depannya, tiba tiba berhenti.
Menghadap Kamito dengan tangan di pinggangnya, ia hanya cemberut ke arah Kamito.
“Kamu mendengarkan tidak? Aku capek capek menjelaskan ini semua demi kamu.”
“....Um, maaf ya. Aku sedang memikirkan banyak hal.”
“Mm, memikirkan sesuatu?”
Entah mengapa, wajah Ellis mendadak merona kemerahan, dan dengan cepat berjalan ke arahnya.
“Ka-Kamu! Hal macam apa yang kamu pikirkan selagi melihat punggungku sejak tadi!?”
“Tu-Tunggu! Jangan cabut pedangmu disini.”
Pedang itu sudah berada di jarak mati, dan Kamito dengan cepat menghindarinya.
Mungkin........gadis ini juga.........
Tampaknya sudah jadi hal umum kalau semua siswi di Akademi ini tak mempunyai kekebalan terhadap laki-laki.
Mungkin alasan kenapa Ellis berjalan lebih cepat dari sebelumnya, adalah karena dia sadar akan fakta kalau Kamito adalah laki laki.
“Dengar, jangan salah paham tentang apapun! Aku belum sudi menerimamu. Aku memandumu karena aku nggak punya pilihan selain mematuhi perintah Direktur Akademi!”
“Ah, aku paham. Tapi jangan perlakukan aku seperti musuh. Mulai hari ini aku adalah siswa Akademi ini seperti kamu.”
“Aku tak akan pernah menerima dirimu. Fakta kalau ada laki-laki sepertimu yang menjadi Kontraktor Spirit, tak mungkin aku bisa menerimanya!”
Kembali melangkahkan kakinya, Ellis mulai berjalan dengan lebih cepat.
“Semua hal diributkan, kenapa Direktur Akademi ingin laki-laki bersekolah disini.......”
.....sepertinya Kamito benar benar tak disukai.
Apa boleh buat. Mungkin inilah takdir bagi seorang pria di taman bunga para gadis
Seolah ada seekor singa dilepaskan dalam kerumunan kelinci.
Secara alami, para Tuan Putri terhormat harus menyadari laki-laki yang sebaya dengannya.
<Festival Tarian Pedang Roh> akan diselenggarakan dua bulan lagi.
Ia harus mengumpulkan kepercayaan mereka secara perlahan lahan di kehidupan sekolahnya.
Hmm, yah, bicara soal kehidupan sekolah..........
Tiba-tiba, sesuatu terbersit dalam kepalanya.
“Hey Ellis.”
“Ada apa?”
Ellis menoleh dengan wajah kaku.
Ia pikir Ellis pasti marah karena memanggil namanya secara enteng, namun kelihatannya tidak terlalu.
“Dari hari ini seterusnya, dimana aku harus tinggal?”
Tak ada asrama laki-laki di Akademi ini, dan tak mungkin ia bisa mendapat kamar di asrama wanita. Apa itu berarti dia harus ngelaju ke sekolah dari kota akademi di kaki gunung?
“Jangan khawatir soal itu, Akademi sudah menyiapkan tempat tinggal khusus buatmu dengan harga murah. Bagian kas Akademi sudah disisihkan secara khusus untuk biaya konstruksinya.”
“Cara bicaramu terdengar kurang mengenakkan.”
.......Itu juga tak apa-apa. Ketimbang tak ada tempat tinggal atau harus tinggal di <Hutan Roh>
“Bisa dilihat dari jendela ini --- tuh, ada disana!”
Kamito melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Ellis.
“....Um, yang sebelah mana?”
Melihat dataran yang luas, sepertinya ia tak menemukan ada bangunan tempat tinggal disana.
“Lihat baik-baik, di sebelah sana di sudut Plaza segi empat.”
Ellis menunjuk ke arah----
Bangunan luas dengan atap yang besar.
Lebih luas dari rumah hunian biasa, pasti ada banyak ruangan di dalamnya.
Di sampingnya terdapat area pemandian eksklusif. Pagar telah ditempatkan berderet sepanjang pintu masuknya.
“Hei, bukannya itu kandang!”
Kamito berteriak dengan kencang.
“Apa lubang matamu itu kosong? Lihat lebih cermat!”
“Ha?”
Um, apa ada yang salah dengan penglihatanku?
Ia hanya bisa melihat kandang.
Tidak, disebut kandang sudah terlalu bagus. Bagaimanapun, tempat itu hanya dihuni oleh beberapa ekor kuda.
Mm?
---Dan kemudian, Kamito akhirnya berhasil menemukannya.
Di sebelah kandang, dimana papan papan kayu ditaruh bersamaan dan direkatkan, memang terdapat sebuah tempat tinggal.
Disini dan disana, papan papan dengan panjang berbeda tampak dipaku bersamaan.
Atapnya terlihat lapuk. Angin yang sedikit kencang akan mudah merobohkan bangunan itu.
“Ah mungkin---yang satu itu?”
“Iya.”
Ellis mengangguk dengan enteng.
“Dimana tempat tinggalku yang nyaman? Benda itu terlihat seperti dibangun dalam tiga hari!”
“Tiga jam. Jangan remehkan kemampuan Roh terkontrakku.”
“Kamu yang membangunnya!? Maksudku, bukankah itu harusnya dibangun dengan biaya besar!?”
“Biaya besar, memang. Aku membuang waktuku karena kamu. Masih kurang puas juga?”
“Aku sangat tidak puas. Ini sama saja pelecehan terhadapku!”
“Ada ranjang yang layak pakai, aku bikin dari jerami.”
“Aku dapat perlakuan yang sama dengan kuda........”
“Fu, kamu punya harga diri yang tinggi juga. Tentu saja kuda lebih pantas untuk dirawat daripada orang macam kamu.”
Dengan kuncir kudanya berayun di bahunya, Ellis mengucapkannya dengan jelas.
Entah kenapa, Kamito ingin menangis.
“Toiletnya? Lalu kamar mandi?”
“Pakai saja bagian belakang tempat tinggalmu sebagai toilet. Sayangnya, kamar mandinya kamu harus berbagi.”
“Berbagi mandi........dengan kuda?”
Kamito merengut. ”Masih mau protes?” Ellis membalas ekspresi Kamito dengan tegas.
“Dengar baik-baik, bahkan meski kamu berjuang sekeras nyawamu untuk masuk kedalam kamar mandi Akademi, Roh terkontrakku akan meremukkanmu menjadi jamur saute.”
“Kedengaran lezat. Jadi, kamu suka memasak?”
“Aa, itu hobi. Suatu hari seorang pangeran tampan akan meminangku ke pernikahan, dan untuk membuatnya bahagia dengan masakanku, aku biasanya berlatih memasak.”
“Sungguh? Um, kalau sempat, apa aku boleh mencicipinya juga? Setidaknya, aku punya selera makan yang bagus.”
“Aah, kalau sempat, aku akan mendemonstrasikan keahlian memasakku.......Tunggu! siapa yang kamu pikir kalau aku akan melakukan hal semacam itu padamu!”
*Zing* – dalam sekejap pedang diayunkan, dan Kamito menghindarinya dengan jarak setipis kertas.
“.....Kamu. Lupakan soal masakan, lagipula aku bukannya mau menikahimu----“
“Uh......”
Kamito mengeluh dengan mata setengah terbuka. Mungkin merasa sadar diri, Ellis dengan cepat membuang mukanya.
“Satu hal lagi, sebagai pemimpin dari Ksatria Akademi, bukannya kamu yang paling banyak melanggar aturan?”
“Di-Diam! Itu gara-gara kamu mengatakan hal-hal yang aneh!”
Kamito mengangkat bahunya, lalu meneruskan langkahnya sepanjang koridor.
“Mari tinggalkan topik tentang asrama sekarang. Dimana ruang kelasku?”
“Kelas Raven (Gagak hitam). Tempat para siswa bermasalah dikumpulkan, ruangan yang sangat sempurna untukmu.”
“Siswa bermasalah?”
“Sesuai dengan makna katanya........Hei, kenapa wajahmu kelihatan murung begitu?”
“Nggak, aku kebetulan tahu sesuatu tentang itu.”
Kamito mengingat dalam kepalanya, gadis berambut merah yang ditemuinya didalam hutan.
Pokoknya tak mungkin! – rasa ketidaknyamanan itu, ia tak bisa membuangnya jauh jauh.
“Apa kamu juga dari kelas Raven?”
Kamito nekat saja mengajukan pertanyaan itu.
Istilah “siswa bermasalah” baginya sangat cocok dengan gadis ini.
“Jangan konyol........aku dari kelas unggulan, Kelas Weasel (Musang).”
Dalam sekejap, pedang kembali diayunkan secepat kilat.
Kali ini Kamito sudah bisa memperkirakannya, dan hanya sikutnya yang sedikit tertebas.
“......Te-Teknik pedang rahasia keluarga Fahrengart bisa dihindari semudah itu?”
“......Makanya, jangan seenaknya menebas ke arahku dengan teknik rahasia itu!”
Menaiki anak tangga dan berjalan sepanjang koridor panjang, Kamito akhirnya melihat ruang kelasnya.
Pintu kayu jati raksasa dengan bentuk Roh abstrak terpahat di depannya.
Ruang kelas di Akademi Roh Areishia diatur satu lantai terpisah satu sama lain. Karena ruang kelas yang terlalu berdekatan akan mudah memicu duel atau keributan yang tak perlu.
“Semua siswa yang bersekolah di Akademi ini adalah Tuan Putri dari keluarga bangsawan. Ada juga yang menyimpan dendam terhadap satu sama lain. Meski sudah diatur dalam peraturan Akademi, bahwa perselisihan pribadi itu dilarang, insiden seperti duel masih belum bisa dihentikan.”
Sambil mengeluh, Ellis menepukkan kedua tinjunya dengan kuat.
“Kami para Ksatria Sylphid akan melindungi kedamaian Akademi ini dari para pengacau!”
“Nggak, orang yang paling banyak bikin masalah adalah kamu-----“
---Itulah yang ingin dia katakan, namun Kamito memilih membungkam mulutnya.
Sambil berbicara, ekspresi wajah Ellis terlihat sangat serius.
Ia berpikir kalau Ellis hanyalah gadis ceroboh yang suka mengayunkan pedangnya sepanjang waktu – namun kesannya tentang Ellis sudah agak berubah.
Ia memiliki harga diri sebagai seorang Ksatria.
Kontraktor Roh laki-laki, yang dengan kehadirannya saja akan menimbulkan kekacauan tak perlu dalam Akademi.
Dari sudut pandang pemimpin para Ksatria, yang bertugas mempertahankan kedamaian, ia secara alami tak akan bisa menerima kehadiran Kamito.
Disamping semua itu, ia masih bisa berbicara dengan lugas pada Kamito.
Sedikit keras kepala, namun sangat terhormat dari lubuk hatinya.
“.....Hm, kenapa kamu terus menatap wajahku?”
Ellis dengan curiga memicingkan alis matanya.
“Anu, aku minta maaf karena sejak tadi sudah banyak merepotkanmu.”
“..? Ke-Ke-Kenapa kamu, tiba-tiba!”
Reaksinya yang malu malu itu entah kenapa terlihat sangat manis.


Bagian 2

Melihat kedalam ruang kelas auditorium besar, tak seorangpun ada disitu. Sepanjang waktu ini, para siswa sedang keluar. Mungkin mereka semua sedang melakukan latihan praktikal di area pelatihan.
“Dari sini nggak apa-apa, aku bisa minta bantuan teman-teman kelasku. Terima kasih untuk panduanmu.”
“Fufu, nggak perlu berterima kasih. Kalau tadi aku sampai gagal memandumu, bisa-bisa kamu dengan sengaja tersesat kedalam toilet nanti.”
“Kamu masih belum bisa mempercayaiku.......?”
Usai cukup menahan derita hingga kepergian Ellis, Kamito menghembuskan nafas panjang.
Melihat pengalamannya sejauh ini di hari pertama, akan sangat sulit untuk mendapatkan rasa kepercayaan dari teman teman sekelasnya.
Sambil menggerutu dalam hati, Kamito melangkah masuk kedalam ruang kelas yang masih kosong melompong.
Lalu, disaat yang bersamaan. Swoosh! suara tebasan terdengar di udara---
“Gueh!”
Sebuah cambuk dengan paksa melingkari leher Kamito.
Tertangkap oleh serangan yang begitu tiba-tiba, tubuhnya tertarik dan terlempar jatuh ke koridor.
Ap-Apa?
*Uhuk*Uhuk* melihat ke sekelilingnya selagi terbatuk batuk.
“Kazehaya Kamito!”
Di atas kepalanya, suara gadis yang tak asing baginya terdengar begitu jelas.
......Sejujurnya, suara yang tak ingin ia dengar lagi.
“Ka-ka-kamu berani kabur dariku, meskipun sudah menjadi Roh Terkontrakku!”
“Hugh, ug.”
“Berani membangkangku!”
“Guh!”
Berpura-pura bodoh dan mencoba bersiul, benda yang membelit lehernya terus mengencang.
Dasar sial........
Mencoba memfokuskan pandangannya, di hadapan Kamito----
Gadis cantik dengan rambut merah membara dengan tangan terlipat menatap tajam pada Kamito.
Hembusan angin dari jendela membuat rok mininya sedikit tertiup di udara.
“Claire, kamu.....”
Lenguhan dalam muncul dari tenggorokan Kamito.
“Apa, mau cari alasan supaya bisa kabur lagi?”
“Nggak, dari sini, celana dalammu kelihatan dengan jelas.”
“Ap--!!”
Wajah Claire memerah padam lalu ia dengan cepat menekan bagian bawah roknya.
“Ca-Ca-Ca-Cabul!!!!!”
*Gogogogogogogogo.....*
Gelombang panas yang muncul dari tubuh Claire terus meningkat.
Tidak, itu bukan gelombang panas. Namun api sungguhan yang berasal dari Astral Zero.
“Sepertinya, kamu betul-betul ingin berubah menjadi batubara ya, Kamito?”
“Tu, tunggu! Belum!”
Kamito merasa kalau hidupnya (sekali lagi) berada dalam bahaya, dan segera menggelengkan kepalanya.
“Warna hitam masih terlalu dini untukmu!”
“.........gu!”
*Strike* ---- lalu seluruh tubuh Claire tampak memanas.
Dari leher sampai ujung telinganya, berubah kemerahan seperti gurita rebus---
“Bu-Bukan hitam! Warnanya selalu putih, hitam itu......jarang, hei, kenapa kamu membuat aku mengatakannya, idiot!”
*Fwump*...........sepertinya dia sudah kelebihan panas.
Kehilangan kekuatannya, ia terjatuh ke lantai.
Terlalu meninggikan posisinya sebagai seorang Tuan Putri adalah kelemahan utamanya.
...........Tak apa apakah bagi Kontraktor Roh untuk bersikap senaif ini?
“Uugh, ini yang kedua kalinya...........aku nggak akan bisa menjadi pengantin lagi.”
Dengan kedua lututnya di lantai, ekspresi wajah Claire nampak sendu.
.........Entah kenapa, Kamito sudah melakukan perbuatan yang melebihi batas.
“Maafkan aku......jangan menangis, oke?”
Kamito berdiri lalu mendekatinya, Claire menatap tajam ke arahnya.
...........Mengerikan. Dia bisa membakar habis seseorang hanya dengan tatapannya.
Ia menyeka air matanya dengan lengan seragamnya, lalu menggenggam cambuk kulitnya erat-erat.
“Kazehaya Kamito!”
“A-apa?”
“A, aku ini masih baik hati, jadi aku memberimu satu kesempatan untuk menjelaskan.”
Meskipun nadanya kalem, sudah jelas suaranya gemetaran.
.........Pasti dia sangat marah.
“Beberapa saat yang lalu, kenapa kamu kabur?”
“Nggak, sangat masuk akal kalau aku mengambil pilihan untuk kabur.”
Kamito tanpa sengaja menjawabnya dengan cepat.
Sebuah jawaban – yang akan segera ia sesali.
“........Aku paham. Hanya ada kematian bagi budak yang membangkang.”
“Tu, tunggu dulu! Dari Roh, sekarang posisiku sudah jadi budak?”
“Budak, kamu adalah Roh Budakku.”
“Spesies Roh baru telah muncul. Kenapa nggak memberitahukannya saja pada Agensi Penelitian Roh?”
Ngomong ngomong, di <Hutan Roh> manapun di benua ini, spesies dari Roh ini masih belum terungkap.
“Bu-budak tak tahu diri --- Nggak, tetap Roh Budak!”
“Uwah, aku me...menyerah, aku akan betul-betul mati!”
Dengan paksa cambuk di lehernya mengencang dengan ganas, dan kesadarannya seolah terbang menjauh.
Kelompok Ksatria! Ellis! Apa yang mereka lakukan, ada pembunuhan sedang terjadi disini!
Melihat ke sekeliling koridor tanpa tanda tanda adanya siswa.
“Ngomong-ngomong---“
Lalu, wajah Claire semakin mendekat. Terlihat agak tidak suka,
“Beberapa saat yang lalu, kamu sedang berbicara dengan Kelompok Ksatria Ellis Fahrengart. Kamu sepertinya sangat rukun dengan dia. Apa maksudnya itu?”
“*uhuk* Bagaimana kamu bisa menyebutnya rukun? Dia hanya menjadi penunjuk jalan buatku.”
“Penunjuk jalan? Kenapa?”
“Karena hari ini, aku secara ajaib sudah bersekolah di Akademi ini.”
“Ha...? kamu sudah pindah? Disini di Akademi Spirit Areishia?”
Claire membuka matanya lebar-lebar, lalu melihat sosok Kamito yang berseragam, nampaknya ia baru saja menyadarinya.
“Nggak mungkin..........kamu kan laki-laki!”
“Aa, tapi kamu sudah melihatku menjalin kontrak dengan Roh!”
Kamito mengangguk, lalu menunjukkan tangan kanan dimana Segel Roh itu tertempa.
“Aku adalah Kontraktor Roh laki-laki[1]. Karena itulah Greyworth memanggilku.”
“................”
Sehingga, Claire---
Merasa sangat kebingungan, ia meletakkan jarinya di bibirnya yang berwarna cherry.
“Astaga, apa............murid pindahan.....”
*pfft*pfft* dia menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri.
.........Kalau dia tetap tenang, dia kelihatan seperti gadis cantik yang biasa dan normal
Dan, sambil menatap sisi wajahnya, Kamito berpikir.
Claire tiba-tiba mengangkat kepalanya, lalu menoleh untuk menghadap wajahnya.
“Um, karena kamu ada disini, mungkin, kamu juga berasal dari kelas Raven?”
“Iya......apa itu artinya, kamu juga di kelas ini?”
“Ya, aku juga dari kelas Raven.”
Claire berbicara dengan nada sangat riang. Entah kenapa dia kelihatan terlalu senang.
Senyuman di wajahnya dapat memikat siapapun yang tak sadar.
“Hey, karena sudah jadi begini, aku akan memberimu kesempatan lain, Kamito.”
“Kesempatan apa?”
“Kontrak. Tanpa ragu, kali ini jadilah Roh terkontrakku yang eksklusif.”
“Ke-kenapa aku harus melakukan hal itu?”
“Fu, itu alami! Selain itu, kamu sudah mencuri Roh yang seharusnya jadi milikku.”
Membusungkan dadanya yang menyedihkan, Claire mengarahkan jari telunjuknya ke depan matanya.
Seperti biasa, ia berpose layaknya manusia arogan.
.......Cewek yang menjengkelkan
Kamito sebetulnya cukup kesal. Apalagi, sudah tak berterimakasih karena nyawanya telah diselamatkan, ia juga dipanggil sebagai pencuri.
--- Buat Tuan Putri yang arogan ini, perlu diberi hukuman yang setimpal.
“Oke, aku akan membuat sumpah kontrak denganmu.”
Dengan patuh, Kamito sengaja menganggukkan kepalanya.
“.....Eh? Um, jadi,setidaknya kamu sudah bisa menjadi penurut rupanya.”
Dia pikir Kamito akan terus melawan. Karena tanggapan tak terduga, Claire mengangguk saja seperti hewan yang baru dijinakkan.
“Kalau begitu ----“
Kontrak dibuat dengan ciuman kan?.
Perlahan lahan, Kamito mengangkat dagu Claire dengan ujung jemarinya.
“Ha? Ap-ap-apa yang mau kamu lakukan?”
“Membuat kontrak roh kan? Kontrak roh manusia level tinggi........kamu paham kan?”
“A.......”
Wajah Claire membeku.
Kontrak Roh tipe manusia level tinggi.
Singkat kata, itu adalah ----
Kontrak dibuat dengan ciuman, kan?”
Kamito mengucapkannya, dan wajah Claire bersemu kemerahan.
“Uh, nggak-nggak perlu sampai sejauh itu – kamu tak harus melakukan itu....maksudku......”
Dengan nada yang sangat panik, Claire menggelengkan kepalanya dengan kencang.
“Ba-Bahkan tanpa formalitas seperti ini, aku nggak keberatan..........”
“Jadi kamu takut?”
“A-Aku nggak betul-betul takut! Tapi, um, anu.......”
“Tutup saja matamu.”
Kamito dengan nakal berbisik ke telinga Claire yang mengecil.
“Eh, tunggu.........Hwaaaaaa!!!”
.........dia memang masih pemula dalam hal seperti ini
Reaksi yang manis, tentu membuat Kamito semakin senang mempermainkannya.
Perlahan mendekatkan wajahnya pada bibir mungilnya yang seperti cherry.
“Um, maaf....aku minta maaf, jadi ampuni aku......”
“Sudah terlambat---“
“Jadi, ah,....kyauuu.....!!”
Claire menyerah kemudian menutup matanya.
Cewek yang penurut............
Kamito tersenyum pahit dalam pikirannya.
Tentu saja, ia tak serius ingin membuat kontrak melalui ciuman.
Itu hanyalah balas dendam pada gadis yang telah menyiksanya, namun ia tak cukup jahat sampai harus melecehkan nona muda ini.
Waktu untuk melepaskannya --- lalu, saat ia hendak menjauhkan tubuhnya, disaat inilah----
“Hey ,kamu?”
Bahunya ditepuk dari arah belakang.
Kamito menoleh ke arah datangnya suara.
Di tempat itu-----
“Apa yang kamu lakukan, disini di institut suci Akademi Roh Areishia!”
Senyuman lembut muncul dari wanita cantik yang berdiri di hadapannya.
Ia sepertinya berusia sekitar 20-an. Rambut hitam panjang, dan mengenakan sepasang kacamata tipis berwarna hijau.
Ia mengenakan baju abu-abu gelap dengan jas berlengan putih panjang di atasnya.
“Aku yang bertugas di Raven Class, Freya Gandol. Aku sudah mendengarmu dari Direktur Akademi. Kontraktor laki-laki pertama yang masuk ke Akademi ini.”
Dengan senyuman yang sepertinya sudah terpatri di wajahnya,wanita cantik itu memperkenalkan dirinya.
Namun, matanya tidak tersenyum.
“Jadi, apa yang kamu lakukan dengan salah satu siswa kami, Brengsek!”


Bagian 3

Kamito naik ke atas mimbar, menimbulkan beberapa suara bisik-bisik dalam kelas.
Bahwa seorang Kontraktor Roh laki-laki telah masuk, rumor sepertinya sudah menyebar luas. Tapi mereka jarang sekali mendapat kesempatan bertemu laki-laki sebaya, jadi mereka tak bisa menyembunyikan rasa penasaran dan kecemasan terhadap Kamito.
“Apa itu Kontraktor laki-laki pertama-----“
“Wajahnya kelihatan jahat ya, seperti dia ingin membunuh seseorang.”
“Sepertinya dia sudah memperkosa Claire Rouge.”
“Ap-apa itu memperkosa?”
“Ng-nggak tahu.......tapi katanya itu sesuatu yang cabul!”
“Tapi menurutku.......wajah garangnya itu kelihatan keren banget♪”
“Jangan tertipu dengan penampilan luarnya. Karena setiap laki-laki itu binatang buas!”
“Juga ada rumor kalau dia suka berkencan dengan Ellis Fahrengart.”
“Eeh, dengan Pemimpin Ksatria yang super-serius itu? Tapi.......kencan itu apa?”
“Nggak tahu sih............tapi itu sesuatu yang tidak bermoral.”
............*bisik*bisik*bisik*
...........dari tadi mereka ngomong nggak jelas melulu
Melihat sekeliling ruang kelas yang lebih mirip teater opera, Kamito hanya bisa mengeluh.
Jumlah siswanya mungkin sekitar empat atau lima belas. Mereka semua dibesarkan layaknya Tuan Putri. Hampir semuanya memandang Kamito dengan ekspresi tertarik, meski sisanya kelihatan agak takut.
Yah......memang reaksi yang normal dari mereka
Bagaimanapun juga, saat seseorang mendengar tentang Kontraktor Roh laki-laki, hal pertama yang ada dalam kepala mereka adalah tentang Sang Raja Iblis yang membawa kehancuran dan kekacauan sepanjang benua.............imej yang sangat sangat sangat buruk.
Didalam ruang kelas sambil dihujani tatapan tajam bak jarum, Kamito mendapat hasrat untuk segera melarikan diri.
Diantara para gadis dengan tatapan tajam itu ---- datang dari gadis berambut merah yang duduk di barisan terdepan.
Tatapan Claire yang bisa membakar manusia itu sudah terkunci pada Kamito.
“Bakar, terbakar, membakar....”
Dia komat kamit dengan bentuk bentuk kata berbeda.
Tampaknya – sejak beberapa saat yang lalu, ia masih sangat marah,--- sudah jelas.
Karena itulah, Kamito bercermin tentang apa yang sudah ia perbuat padanya.
Kalau aku nggak minta maaf baik-baik padanya nanti....
“Bakar jadi arang, bakar jadi arang, bakar jadi arang......”
Entahlah apa dia bisa diampuni meski sudah meminta maaf.
“Jangan berisik! Tenanglah! Apa kalian, bocah-bocah mau kehilangan kredit?”
Profesor yang bertugas Freya Gandol, memukul meja dengan absensi kelas, dan ruang kelas seketika menjadi sunyi.
Dia bukan guru kemampuan praktikal namun pengajar khusus, dan juga anggota Agensi Penelitian Roh yang bepergian di beberapa wilayah <Hutan Roh> sepanjang benua untuk melakukan pekerjaan mereka.
“Baiklah, kamu, lekas selesaikan perkenalan dirimu!”
Kacamata yang dikenakan oleh wanita cantik itu memberikan kesan intelektual, namun ketika membuka mulutnya, warna sejatinya akan langsung terekspos.
Singkat kata dia mempunyai kepribadian yang mempesona meski cukup galak. Setidaknya dia bukan orang jahat.
Kamito melangkah ke depan podium, dan memperkenalkan dirinya.
“Kazehaya Kamito, enam belas tahun. Seperti yang kalian lihat aku adalah Kontraktor Roh laki-laki..... tapi jangan takut, kuharap kita semua bisa berteman dengan akur, terimakasih.”
Kata-kata yang simpel, tapi tak ada lagi yang ingin dia katakan.
Untuk rahasia yang tak bisa ia katakan, ada banyak---
Reaksi siswa lainnya adalah.......
“Biasa saja ya?”
“Iya.....biasa saja. Nggak kelihatan seperti Raja Iblis.”
........Oh?
“Entah mengapa, aku jadi jatuh cinta padanya♪.”
“Tatapannya juga lembut, bikin kamu ingin melindunginya!”
Kelas yang sempat tenang mulai berisik kembali.
Pe-perasaan manis dan menyenangkan apa ini?
Karena reaksi tak terduga dari para gadis, Kamito dibuat terpana.
Ia pikir kalau ia akan disambut dengan tatapan dingin atau bahkan tatapan tak suka.
Namun, reaksi yang ia dapatkan dari para gadis barusan terasa begitu ringan.
Menebak keraguan Kamito, Nyonya Freya berbisik kedalam telinganya.
“Ah, para Tuan Putri disini punya rasa berbeda tentang rakyat jelata. Apalagi, mereka menangani hal-hal yang tidak biasa bagi manusia normal; yakni ‘Roh’. Ketimbang mengkritik dirimu sebagai Kontraktor Roh laki-laki, mereka hanya penasaran melihat anak laki-laki yang sebaya.”
Oh, jadi begitu rupanya----
Kalau memang begitu, mungkin semua hal akan jadi lebih mudah.
“U, ummm, Kamito....kamu...”
Dan salah satu gadis dengan malu malu mengangkat tangannya,
“Hm? Ya, apa?”
“Um, umm, apa makanan kesukaan kamu?”
“Eh? Apa saja.......nggak ada yang khusus, tapi aku suka Gratin.”
“Cukup biasa!” “Dia hanya pria biasa!” “Kukira dia akan mengatakan Nyoitamori[2]!” “Manisnya!”
*bla*bla*bla*
...........Apa ini. Nyoitamori?
Mulai dari gadis itu, satu demi satu gadis lain mulai menghujani pertanyaan ke arah Kamito.
“Dimana kampung halamanmu?” “Apa tiga ukuranmu?” “Bagian mana yang pertama kamu bilas saat mandi?”
..........Tuan Putri, itu sudah pelecehan seksual.
Namun, salah satu yang mengajukan pertanyaan itu tampak merona hingga ke ujung telinganya.
“Apa kamu sudah menentukan kelompokmu?”
“Kelompok?”
“Tentu saja kelompok untuk <Festival Tarian Pedang Roh> yang akan datang!”
“Aa----“
<Festival Tarian Pedang Roh> yang akan diselenggarakan dua bulan mendatang akan diformat menjadi kelompok tempur lima orang. Kamito tak mungkin ikut serta seorang diri, ia harus mendapatkan empat Kontraktor Roh lainnya dan membentuk tim.
“Sampai sekarang, aku belum punya kelompok. Aku mau mencari anggota kelompok yang lain.”
Dalam dua bulan, apakah dia bisa menemukan rekan-rekan timnya, ia sendiri tak tahu.
“Apa benar kalau kamu sudah menjinakkan <Roh Tersegel> Pedang yang belum seorangpun bisa mengontraknya?”
“Eh?”
Alis Kamito mengerut karena kaget. Sepertinya peristiwa tadi pagi sudah menyebar luas ke seluruh Akademi.
Apa apaan ini---
“Iya, dan akulah yang menjinakkan Kamito ini yang menjinakkan Roh Tersegel itu!”
Berdiri dengan perlahan, Claire membusungkan dadanya yang nyaris tidak ada itu dengan bangga.
“.........Sudah kuduga. Kamu rupanya.”
Para Tuan Putri dalam kelas nampak kegirangan.
“Kamito, apa hubunganmu dengan Claire?”
“Majikan dan Roh budaknya!”
“Omong Kosong! Jangan menjawabnya untukku!”
Kamito lekas memprotes jawaban Claire yang meletakkan tangannya di pinggangnya.
“Apa, Roh Budak tak tahu diuntung!”
“Sejak kapan aku menjadi Roh Budakmu?”
Menyaksikan interaksi diantara keduanya, gadis-gadis dalam kelas semakin nampak kegirangan.
Situasi kelas hampir diluar kendali.
Pukulan Nyonya Freya menghantam mejanya. Kelas mendadak tenang kembali.
“Arg, gadis-gadis, cukup sudah! Kamu, lekas pilih tempat duduk yang kamu sukai!”
“Y-ya.”
Nyonya Freya menunjuk ke arah beberapa tempat duduk kosong di belakang kelas. Kamito segera menuju arah yang ditunjuknya.
Tentu saja, dia ingin duduk sejauh mungkin dari Nona Berambut Merah itu. Ia mulai berjalan menuju salah satu kursi kosong di pojok belakang kelas.
Di saat itulah. Pyach!* cambuk kulit tiba-tiba membelit lehernya.
“Arg!”
Dengan leher terikat, dengan cara itu, ia tertarik mundur ke belakang.
“*uhuk*uhuk*! Apa yang kamu lakukan!?”
“Mau pergi kemana kamu? Tempat dudukmu ada di sebelahku!”
“Hah? Siapa yang mau duduk di kursi berbahaya itu? Uooohhh....”
Sambil lehernya ditarik keras-keras, Kamito terus berusaha bergerak maju.
“Hm, masih mau melawan juga. Akan kutunjukkan siapa Majikanmu disini.”
*Kres*kres*kres*kres*.........!
Kamito mencoba mengendurkan cambuk, Claire dengan hati hati membetulkan posisinya dan mencegah Kamito lolos.
“Sss....sia.....lan......”
Ia tak bisa bernafas. Makin sedikit dan makin sedikit oksigen yang mengalir masuk ke otaknya.
*Fyuuushhhh* suara terpaan angin seketika, tubuh Kamito tiba-tiba terlepas.
“Ooowaahhh.........”
Kamito kehilangan keseimbangannya dan jatuh sepanjang anak tangga.
Apa yang sebenarnya terjadi----
“....h?”
Menoleh, di hadapannya terdapat panah es yang berdiri menancap di lantai.
Bukan panah logam. Jelas itu adalah panah es yang bersinar karena cahaya matahari.
........Apa ini, senjata elemental?
Sama seperti cambuk api Claire, Kekuatan Roh ditransformasi kedalam bentuk senjata.
Lantas siapa yang melakukannya........?
“Memalukan sekali, Claire Rogue......”
Suara elegan terdengar dari bagian teratas ruang kelas.
Kamito masih terduduk di lantai, melihat ke arah datangnya suara---
Gadis pirang seperti platina kelas tinggi yang sangat cantik, berdiri dengan tangan di pinggangnya.
Tuan Putri elegan yang hanya ada dalam lukisan terkenal. Kulitnya seputih salju di musim dingin.
Warna pupilnya hijau emerald yang bersinar kemilau.
Senyuman tenang muncul di wajahnya,tampak memandang rendah Claire.
“....Ap-apa maumu, Rinslet Laurensfrost!?”
Claire menggerutu dengan suara dalam. Warna berbahaya muncul di mata merah rubynya, sepertinya dia bisa mengigit kapan saja.
“Menyerahlah, karena dia sudah bilang kalau dia mau duduk di sebelahku.”
*Hmmp* menyibakkan rambut platinanya, ujar sang Tuan Putri.
Aku kan belum mengatakan apa-apa – yang jelas dia sudah menolongku.
Kamito hampir berdiri ketika sang Tuan Putri pirang dengan anggun berjalan menuruni tangga.
Ia merunduk di hadapan Kamito, dan menatapnya lekat-lekat seperti mengevaluasi harganya.
Karena Tuan Putri yang cantik mempesona itu menatap ke arahnya, mata Kamito secara otomatis menoleh ke arah lain.
“Hmm, wajahnya nggak jelek-jelek amat.”
Rinslet mengangguk dengan puas dan,
“Hey, kamu, apa kamu mau jadi pelayanku?”
“Eh?”
“Tiba-tiba, dia mengatakan sesuatu yang tak terduga.”
“Ja-jangan sentuh dia sesukamu! Pr-pria ini adalah Roh Budakku!”
Claire berlari sepanjang anak tangga dan segera merebut lengan kanan Kamito.
“Sejak kapan aku jadi milikmu?”
“Diam!”
Claire tiba-tiba menarik narik tangannya.
Lengan atas Kamito menyentuh dadanya, jantung Kamito berdetak tak menentu.
Meskipun nyaris tak berisi – dia tetap saja wanita berumur 16 tahun.
Hanya perasaan elastis saja yang diperlukan dan akan membuat jantung berdetak lebih cepat.
Tapi...
****Fyuuunnnnn****
Di tangan yang lain, terasa perasaan lain yang lebih luar biasa.
“Ah, dia bukan milikmu, kan?”
Rinslet merebut tangan kiri Kamito erat-erat dengan kedua tangannya.
Berbeda dari aset Claire yang kosong, di bagian yang lain terasa......sesuatu yang sangat berbeda.
Tu, tu, tunggu, ini kan...........
Ditekan dari dua arah disertai perasaan lunak, wajah Kamito mendadak menjadi panas.
“Le-lepaskan,bodoh!”
“Apa yang kamu bilang, dada rata!”
Kilatan petir muncul dari dua Tuan Putri yang saling menyeringai satu sama lain.
*Funyu*----Fukyon*---Funyuuunnnnn*
........Meski terasa sangat nyaman, kalau mereka tak segera melepaskannya, jantung Kamito akan meledak.
Dan, di saat itulah,
“Owawawawah, nyo-nyonya, jangan beri kesulitan pada Tuan Siswa Pindahan itu!”
Dari atas ruang kelas, gadis muda berpakaian maid berlari turun.
...ha? maid?
Kamito melebarkan matanya, menganalisa penampilan gadis itu.
Rok panjang dengan renda renda. Potongan rambut bob hitam pendek. Bando putih yang sangat cocok dengannya bersandar di atas kepalanya.
Dilihat dari manapun juga, dia adalah maid yang ideal.
........Kok ada maid di akademi ini?
Karena dia memanggil Rinslet sebagai ‘Nyonya’, mungkin dia adalah maid si gadis pirang itu.
Tapi sepertinya, dia tampak memiliki kepribadian yang lebih normal. Tanpa ragu, setidaknya dia akan ikut campur dalam kekisruhan ini. Kamito memasang harapan tinggi padanya,tapi di saat itu.....
“Tuan Putri......kyaaaahhhh!!!”
Maid itu jatuh.
Di tengah tengah anak tangga. Situasi jatuh yang mengesankan.
“Carol!?”
Wajah Rinslet menjadi pucat.
........Sial!
Kamito melepaskan pegangan di kedua tangannya dan melompat dengan menendang lantai.
“Hiaaaahhhhhhh!!!!”
Entah bagaimana ia berhasil menangkap tubuh maid yang jatuh sambil berteriak itu. Ia membelit tangannya disekitar gadis muda itu untuk mencegah kepalanya terluka, dan mereka jatuh bersamaan di tangga.
Dua orang yang saling berpelukan sambil menggelinding akhirnya terhenti.
“........hm, kamu nggak apa-apa.......?”
Dan, usai membuka mulutnya ---- pikiran Kamito mendadak beku.
Di depannya, fuyon*----- terdapat sensasi yang sangat lembut.
Dibawah pakaian maid yang rapi dan manis itu, terdapat melon yang lebih besar daripada Rinslet.
"U......um, .........uaah, maaf! air mata mulai muncul di pelupuk mata hitam gadis itu.
“U......um,.........uaaahhh, maaf!”
*Fuwa*----- air mata mulai muncul di pelupuk mata hitam gadis itu.
*Kaatsu* wajahnya merona merah, dengan panik, ia mencoba untuk berdiri.
“He....hei....mo....mogugugugugu..........”
Hidung Kamito tertekan dan terus tertekan oleh dadanya.
(Aku dalam masalah...............nggak bisa bernapas!)
“Kyaaaaaaaaaahhhhhhh!!!!!”
Melihat dua orang yang saling bertindihan, para gadis muda di ruang kelas berteriak dengan sekuat tenaga.
“Me, mesum!” “Sudah kuduga, dia itu binatang buas!” “Reinkarnasi Raja Iblis!”
“Ng-nggak! Aku.........mogugugugugugu.............”
Berusaha sekuat tenaga membela diri, suaranya tertelan oleh payudara yang besar dan bulat itu.
Gogogogogogogo........!
“............?”
Tiba tiba suara berkobar terdengar dari atas.
...........Gempa bumi. Mungkin.
Entah kenapa sensasinya sangat, sangatlah buruk.
Melihat dari lembah payudara-----
Di ujung sana, sosok Claire memegang cambuk api yang membara.
“R-r-roh erotis ini.......!”
“Tunggu! Aku tak bisa apa-apa dalam situasi ini!”
“Di-diam! Berubahlah menjadi batubara!”
Kenapa ujung-ujungnya selalu begini?
Saat Kamito hanya bisa berdoa dalam hati, cambuk api berayun ke arahnya tanpa ampun.

Mahouka Koukou no Rettousei (Indonesia):Volume 1 Chapter 1

By : Unknown
“Aku tidak bisa terima..”
“Kamu masih mempermasalahkan itu....?“
Hari ini adalah upacara penerimaan siswa baru, tetapi sekarang masih terlalu pagi, masih 2 jam lagi sebelum upacara dimulai.
Para siswa baru dengan hati yang berdebar-debar untuk memulai kehidupan baru mereka di sekolah, ditemani orang tua yang bahkan lebih antusias dari mereka.
Berdiri di depan auditorium tempat upacara penerimaan itu akan diadakan, sepasang lelaki dan perempuan, dibalut seragam baru, yang karena beberapa alasan sedang berdebat.
Mereka sesama siswa baru, akan tetapi seragam mereka berbeda satu sama lain.
Kita tidak sedang membicarakan tentang perbedaan antara celana panjang dan rok, maupun perbedaan antara pakaian seorang laki-laki dan perempuan.
Melainkan, pada bagian dada siswa perempuan terdapat desain bunga berkelopak 8 yang merupakan emblem lambang dari SMA Satu.
Emblem itu tidak terdapat pada blazer siswa laki-laki itu.
“Onii-sama, kenapa kamu jadi cadangan? bukankah kamu yang terbaik dalam ujian penerimaan? seharusnya kamu yang menjadi perwakilan siswa baru, bukan aku!”
“Kesampingkan dulu pertanyaan darimana kamu bisa tahu hasil ujian penerimaan.... namun ini adalah Sekolah Sihir, bukankah sudah jelas kalau mereka akan lebih menitikberatkan pada hasil praktek keterampilan sihir daripada dari hasil ujian tertulis, iya kan?
“Miyuki, kamu sadar dengan kemampuan praktekku, kan? aku sendiri juga kaget karena masih bisa diterima disini sebagai siswa jalur 2.”
Dalam kejadian itu, siswa itu sedang mencoba untuk menenangkan siswi yang sedang marah itu. Faktanya siswi itu memanggil siswa itu dengan sebutan “Onii-sama”, kita mungkin bisa beranggapan kalau mereka berdua adalah saudara kandung. Juga tidak menutup kemungkinan kalau mereka adalah saudara dekat.
Jika mereka adalah saudara kandung.
Maka mereka adalah saudara kandung yang tidak mirip satu sama lain.
Di satu sisi, siapapun akan melirik adik perempuannya dan tidak diragukan lagi akan terpesona padanya, bahkan seratus dari seratus orang, akan setuju kalau dia menawan, gadis yang cantik.
Di sisi lain, kakak laki-lakinya, selain dari badannya yang tegap dan sorot matanya tajam, tidak ada sesuatupun dari penampilannya yang dapat menarik perhatian.
“Bagaimana kamu bisa ragu dengan dirimu sendiri! Bahkan ketika tidak ada seorangpun yang dapat menandingimu dalam pelajaran maupun taijutsu  ! sesungguhnya, bahkan dalam sihir....“
Adik perempuannya mengomeli kakak laki-lakinya karena kerendahan diri kakaknya, tetapi,
“Miyuki!“
Dia memanggilnya dengan nada yang cukup keras, Miyuki tersadar dan terdiam.
“Kamu mengerti kan? walaupun kamu bicara seperti itu, tidak akan ada yang berubah.”
“.......Maafkan aku.“
“Miyuki....“
Tatsuya meletakkan tangannya di atas kepala Miyuki dan membelai rambut hitamnya, yang sedikit mengeriting rambutnya. Sekarang, apa yang harus aku lakukan untuk memperbaiki suasana hatinya..... pemuda yang adalah kakaknya itu merenung dengan wajah yang sedikit kesulitan.
“....Aku sangat senang dengan perasaanmu. Aku selalu merasa kalau kamu ingin menolongku setiap kali kamu marah demi aku.“
“Pembohong.“
“Aku tidak berbohong.“
“Bohong. Onii-sama, kamu selalu menegurku...“
“Aku tidak berbohong. Tetapi, aku juga memikirkan kamu seperti kamu memikirkan diriku.“
“Onii-sama.... katamu, ‘kamu selalu memikirkan aku’.....”
(....Huh?)
Karena alasan tertentu, wajah wanita muda itu memerah.
Meskipun pemuda itu dapat merasakan adanya kejanggalan yang tidak dapat dia hiraukan, namun demi menyelesaikan masalah yang sudah mendesak, ia menangguhkan keraguan itu untuk saat ini.
“Bahkan jika kamu mengundurkan diri untuk memberi kata sambutan pada upacara penerimaan siswa baru, tidak mungkin aku akan dipilih untuk menggantikanmu. Jika kamu mengundurkan diri pada jam sebelas, pasti hal ini nantinya akan sedikit menodai penghargaan untuk dirimu."
MKnR v01 09.jpg
“Kamu mengerti kan ?Miyuki, kamu gadis yang cerdas.“
“Tapi...“
“ Selain itu, Miyuki, aku sangat antusias dengan ini. Tunjukkan pada kakakmu yang tidak berguna ini saat adik perempuannya yang manis ini menerima penghargaan sebagai perwakilan siswa baru.“
“Onii-sama bukan kakak yang tidak berguna! ...Tapi, aku mengerti. Maafkan atas sikap keras kepalaku.“
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, aku tidak pernah merasa sikapmu itu keras kepala.“
“Baiklah, aku akan pergi sekarang. .......Tolong lihat aku nanti, Onii-sama.“
“Yah, semoga sukses. Aku sangat menantikannya.“
Tentu saja, sampai jumpa, gadis itu menundukkan kepalanya dan masuk ke dalam auditorium. Setelah memastikan dia pergi, pemuda itu bernafas lega.
(Baiklah...... apa yang harus aku lakukan sekarang?)
Pemuda yang menemani adik perempuannya yang enggan menjadi perwakilan siswa baru itu, berangkat ke sekolah sebelum gladi bersih upacara dimulai, sekarang ia bingung bagaimana ia akan menghabiskan sisa dua jam sebelum dimulainya upacara sekolah.


◊ ◊ ◊


Sekolah itu terdiri dari bangunan utama, gedung latihan, dan gedung eksperimen.
Gedung auditorium / gimnasium yang dapat diketahui ada ruangan apa saja yang ada di dalamnya melalui mesin informasi. Sebuah perpustakaan dengan tiga tingkat di atas tanah dan dua tingkat di bawah. Dua gimnasium kecil. Sebuah gedung persiapan yang dilengkapi dengan ruang ganti, kamar mandi, ruang penyimpanan peralatan, dan ruang klub. Kantin, kafetaria, dan departemen pengadaan berada di gedung lain, dan di atas semua itu, berbagai pavilyun besar dan kecil dibangun membuat desain SMA Satu tampak lebih mirip dengan kampus universitas pinggiran kota daripada SMA biasa.
Pemuda itu melihat ke kiri dan kanan saat ia berjalan di sepanjang jalan yang diaspal dengan lapisan batu bata, mencari tempat untuk beristirahat sampai tiba waktunya bagi dia untuk masuk ke auditorium.
Kartu ID yang mengijinkan dia untuk menggunakan fasilitas sekolah hanya akan diberikan setelah upacara penerimaan siswa baru berakhir.
Untuk menghindari kekacauan, kafe umum yang dimaksudkan untuk melayani pengunjung juga ditutup hari ini.
Untunglah hari ini tidak hujan, sebuah ide terlintas di kepalanya ketika dia duduk di sebuah bangku panjang, membuka mobile terminalnya, dan mulai mengakses portal buku yang dia suka.
Halaman sekolah itu tampaknya menjadi jalan pintas dari gedung persiapan ke auditorium.
Beberapa orang berlalu-lalang di halaman itu, mereka sepertinya sedang membantu persiapan untuk upacara penerimaan siswa baru. Ada beberapa siswa (kakak kelas) yang melintasi pemuda itu dalam jarak yang cukup dekat. Siswa-siswa itu semuanya memiliki emblem bunga berkelopak delapan pada bagian dada kiri seragam mereka.
Ketika mereka melintas, perkataan yang tidak menyenangkan terdengar.
— Bukankah anak itu Weed ?
— Dia datang terlalu awal..... dia sangat antusias padahal hanya cadangan.
— Pada akhirnya, dia tidak lebih dari seorang cadangan.
Sebuah obrolan, yang tidak ingin ia dengar, terlintas melewati telinganya.
Kata kata itu, Weed, mengacu pada siswa jalur 2.
Siswa yang memiliki desain emblem bunga berkelopak delapan pada sisi kiri bagian dada blazer mereka disebut “ Blooms “, akan tetapi siswa jalur 2 yang tidak memiliki emblem itu seperti rumput yang tidak memiliki bunga yang berkembang, dan dicemooh dengan sebutan “ Weeds “.
Kuota dari siswa baru di sekolah ini sebanyak 200 orang.
Di antara mereka semua, seratus orang masuk sekolah ini sebagai siswa jalur 2.
SMA Satu, yang berafiliasi dengan Universitas Sihir Nasional, adalah sebuah institusi yang didirikan di bawah kebijakan nasional dengan tujuan untuk mendidik teknisi sihir.
Sebagai balasan dari anggaran yang dikucurkan oleh negara, sekolah ini memiliki kewajiban untuk mendapatkan hasil yang pasti.
Setiap tahun, sekolah ini menghasilkan lebih dari seratus lulusan yang masuk ke Universitas Sihir atau mendaftar ke Pelatihan Spesialis yang lebih lanjut dari Institut Teknik Sihir.
Memang disayangkan, faktanya pendidikan sihir adalah masalah trial dan error. Kecelakaan, yang melampaui tingkat kecelakaan kecil, dengan mudah dapat terjadi secara langsung jika Sihir meleset saat pelatihan praktek dan eksperimen. Bahkan saat para murid menyadari bahaya yang dapat terjadi, setiap orang akan mempertaruhkan masa depannya pada bakatnya sendiri dalam sihir dan kemungkinan yang ada dalam dirinya demi menempuh jalan menjadi penyihir.
Ketika hanya ada segelintir yang memiliki bakat tertentu, dan bakat itu sangat dihargai oleh masyarakat, hanyak sedikit yang akan melepaskannya. Bahkan untuk pria dan wanita muda yang belum mencapai kedewasaannya masing-masing, menyebabkan mereka tidak bisa mengejar cita-cita di luar 'masa depan yang cemerlang’ itu. Fakta lain, sebagai konsekuensi dari suatu sistem yang diyakini dan sudah ditetapkan dalam diri mereka, bahwa banyak anak telah dibebani dengan 'trauma' dari sistem yang diyakini itu.
Berkat akumulasi dari kecelakaan yang pernah terjadi saat pelatihan atau eksperimen, sebagian besar kecelakaan yang mengakibatkan kematian atau cacat tubuh telah diminimalisir dan tidak terjadi lagi.
Akan tetapi, bakat seseorang dalam sihir dapat dengan mudah terganggu dari aspek psikologis.
Setiap tahun, jumlah siswa yang putus sekolah sebagai akibat dari ketidakmampuan menggunakan sihir akibat shock yang diterima dari kecelakaan tidaklah kecil.
Yang menggantikan siswa yang keluar tersebut adalah “siswa jalur 2“.
Ketika mendaftar di sekolah, mereka diijinkan untuk mengikuti pelajaran di kelas, menggunakan fasilitas dan mengakses data, tetapi mereka kekurangan aspek yang paling penting dalam belajar, yaitu mereka tidak mendapat pelatihan khusus dalam praktek keterampilan sihir.
Mereka hanya dapat belajar secara mandiri, dan menunjukkan hasilnya melalui usaha mereka sendiri.
Jika mereka tidak dapat melakukannya, mereka harus lulus dari sekolah biasa.
Jika seseorang tidak lulus dari sekolah sihir, maka orang itu tidak dapat melanjutkan pelajaran ke universitas sihir.
Karena jumlah orang yang dapat mengajarkan sihir tidak mencukupi, tidak dapat dihindarkan kalau yang lebih berbakat akan diberikan prioritas. Sejak awal, siswa jalur 2 diterima dengan kondisi tidak ada yang bisa mengajar mereka.
Di depan umum, memanggil siswa jalur 2 dengan sebutan “ Weeds “ adalah hal yang terlarang.
Akan tetapi, sudah menjadi rahasia umum bahwa ini telah menjadi istilah yang terkenal untuk mencemooh mereka, sebuah istilah yang berakar bahkan dalam siswa jalur 2 itu sendiri. Bahkan siswa jalur 2 harus mengakui bahwa mereka tidak lebih dari cadangan.
Sama halnya dengan pemuda itu.
Itulah sebabnya tidak perlu lagi bagi mereka untuk berbicara keras-keras dengan tujuan supaya pemuda itu menyadarinya. Dia masuk sekolah ini dengan sepenuhnya menyadari hal itu.
Sungguh bantuan yang tidak diperlukan dari mereka, pikiran itu terlintas dalam benak pemuda itu sembari ia mengalihkan perhatiannya ke portal buku yang telah dimuat ke dalam terminal data-nya.


◊ ◊ ◊


Sebuah jam terpampang di depan terminal komputernya.
Kesadarannya, yang terbenam karena keasikan membaca, kembali ke kehidupan nyata.
Masih tersisa 30 menit sebelum upacara penerimaan siswa baru dimulai.
“Apakah kamu siswa baru? sudah hampir waktunya dimulai upacara penerimaan siswa baru loh.“
Ketika dia bersiap untuk berdiri, setelah log out dari salah satu portal buku favoritnya dan menutup terminal komputernya, sebuah suara terdengar dari atas.
Hal pertama yang terlihat adalah rok seragam. Setelah itu, melingkar di sekitar lengan kirinya sebuah gelang.
Lebih luas dan lebih tipis dari gelang biasa, itu adalah model terbaru dari CAD yang dibuat untuk fashion.
CAD (Casting Assistant Device)—processor pendukung rapalan sihir.
Di negara ini, ini dikenal juga sebagai ( Operator Sihir ).
Sesuatu yang menggantikan alat-alat seperti mantra, jimat, segel tangan, lingkaran sihir, buku-buku sihir, dan metode tradisional lainnya untuk merapal sihir, itu adalah alat yang dibutuhkan oleh setiap Teknisi Sihir modern.
Jaman sekarang, tidak ada lagi penelitian menggunakan kata-kata, atau frase tunggal untuk merapal sihir. Jika menggunakan jimat dan lingkaran sihir dan lain-lain, waktu terpendek untuk merapal sihir sekitar 10 detik, sedangkan yang paling lama dapat mencapai lebih dari satu menit tergantung pada sihir yang dilakukan, sedangkan CAD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan sampai kurang dari satu detik.
Walaupun merapal sihir bisa dilakukan tanpa CAD, tetapi tidak ada teknisi sihir yang walaupun tidak menggunakan CAD, dapat mempercepat perapalan sihirnya. Di antara orang-orang yang telah mendedikasikan diri untuk spesialisasi dalam satu keterampilan khusus tentang fenomena supranatural atas kehendak mereka sendiri, yang disebut "Pengguna Kekuatan Supranatural", orang-orang yang menginginkan kecepatan dan stabilitas yang dapat disediakan oleh suatu sistem aktivasi dan suka menggunakan CAD, sudah umum dilakukan setiap orang.
Akan tetapi, bukan berarti setiap orang yang memiliki CAD dapat menggunakan sihir.
CAD hanya memudahkan dalam rangkaian aktivasi, dan semuanya tergantung pada kemampuan dari teknisi sihir itu sendiri dalam merapal sihir.
Dengan kata lain, CAD hanya hiasan bagi mereka yang tidak bisa menggunakan sihir, dan hanya dibawa oleh mereka yang terlibat dengan sihir.
Kemudian, menurut ingatan pemuda itu, murid yang diizinkan untuk membawa CAD dalam sekolah hanya anggota eksekutif Dewan Siswa atau anggota komite tertentu.
"Terima kasih, sudah saatnya aku pergi."
Tentu saja di bagian dada kiri dari orang yang berbicara dengan tatsuya terdapat emblem bunga berkelopak delapan.
Tonjolan pada bagian dadanya yang mendorong blazernya tidak mengalihkan kesadaran Tatsuya.
Tatsuya tidak menyembunyikan dada kirinya.
Dia tidak akan melakukan hal pengecut seperti itu.
Tetapi, bukan berarti tidak ada perasaan tidak menyenangkan dalam dirinya.
Tatsuya tidak pernah membayangkan dirinya akan terlibat dengan kakak kelas yang merupakan anggota eksekutif dari dewan siswa.
“Aku terkesan, apa itu tipe layar sentuh?“
Akan tetapi, orang itu ternyata berpendapat berbeda. Sementara melihat layar film dari data mobile terminal yang pemuda itu lipat dalam tiga lipatan dengan tangannya, orang itu menyeringai, seakan tertarik pada sesuatu.
Pada saat ini, pemuda itu akhirnya melihat wajah orang itu.
Wajah orang itu 20cm lebih rendah dari tinggi pemuda yang telah berdiri dari bangku.
Tinggi pemuda itu 175cm, dengan demikian, bahkan untuk ukuran seorang wanita, dia termasuk pendek.
Tinggi wanita itu berada pada posisi yang tepat untuk memastikan bahwa Tatsuya adalah seorang siswa jalur 2 dari sudut pandangnya.
Tetapi tatapannya sama sekali tidak melecehkan, dan dipenuhi dengan perasaan yang murni karena penasaran.
“Sekolah kita melarang penggunaan terminal tampilan virtual. Tetapi, sangat disayangkan masih banyak siswa yang menggunakan tipe tampilan virtual. Namun, kamu menggunakan tipe layar sentuh bahkan sebelum masuk sekolah.“
“Tipe virtual tidak enak dipakai untuk membaca.“
Siapapun bisa mengatakan kalau terminal Tatsuya sudah ketinggalan jaman, tetapi dia tidak ingin bertanya lebih lanjut tentang terminalnya.
Jawaban pemuda itu terdengar seperti sebuah alasan dengan dasar pemikiran yang sangat hati-hati, karena jika dia menjawab dengan terus terang, ini akan merugikan adik perempuannya lebih dari dirinya sendiri. Karena dia cukup yakin kalau adik perempuannya yang menjadi perwakilan siswa baru mungkin terpilih karena campur tangan dewan siswa.
Setelah mendengar jawabannya, kakak kelas itu semakin terkesan.
“Jadi dibandingkan menonton animasi, kamu lebih memilih untuk membaca? jarang sekali ada yang melakukannya. Aku juga lebih memilih informasi dari buku dibanding dari animasi, jadi aku senang ada orang yang berpikiran sepertiku.“
Memang, walaupun sekarang ini merupakan era di mana konten virtual lebih disukai daripada konten teks tertulis, pembaca buku tidak benar-benar langka.
Entah bagaimana, sepertinya kakak kelas ini memiliki kepribadian unik yang ramah. Dilihat dari nada bicaranya dan cara bicaranya, dia tampak semakin ramah.
“Ahh, maafkan aku karena lupa memperkenalkan diri. Aku presiden dewan siswa dari SMA Satu, Saegusa Mayumi. Ditulis dengan kanji 'seven grass', dan dibaca Saegusa. Senang berkenalan denganmu.“
Meskipun ia menambahkan kedipan mata pada akhirnya, tidak ada tanda-tanda yang mengherankan dalam nada suaranya. Penampilannya sebagai seorang gadis yang cantik dengan tubuh yang proporsional meskipun tubuhnya yang mungil, ia memancarkan suasana yang memikat dan tidak akan mengejutkan jika siswa baru itu akan salahpaham atas niatnya.
Tetapi, saat mendengar pengenalan diri gadis itu, Tatsuya tampak mengerutkan kening tanpa sadar.
“Number..... dan diatas semuanya, seorang 'Saegusa (Seven Grass)'."
Kemampuan seorang penyihir sangat dipengaruhi oleh keturunan.
Kualitas seorang penyihir juga sangat berhubungan erat dengan garis keturunannya.
Dan di negara ini, keluarga yang memiliki garis ketururunan yang lebih unggul dalam sihir akan memiliki nomor atau angka yang terkandung dalam nama keluarga mereka sesuai tradisi.
Di antara garis keturunan penyihir yang disebut “the numbered“ dan memiliki garis ketururunan yang lebih unggul itu, Saegusa adalah salah satu dari dua keluarga yang dianggap terkuat di negara ini saat ini. Gadis ini adalah presiden dewan siswa dari sekolah ini dan mungkin saja keturunan langsung Saegusa. Dengan kata lain, dia adalah elit di antara para elit. Bahkan mungkin saja bisa dikatakan kalau gadis itu adalah kebalikan dari dirinya.
Sambil bergumam pahit, dan entah bagaimana caranya untuk mencoba tersenyum sopan, pemuda itu memperkenalkan dirinya.
“Aku,.... ah tidak...., namaku adalah Shiba Tatsuya.“
“Shiba Tatsuya-kun... jadi, kamu adalah Shiba-kun yang itu yaa...."
Mata dari presiden dewan siswa menunjukkan kekagetannya, dan kemudian menganggukkan kepalanya dengan penuh arti.
Bagaimanapun juga, Tatsuya adalah kakak laki-laki dari perwakilan siswa baru, siswa baru terbaik yaitu Shiba Miyuki, sedangkan Tatsuya hanya siswa bodoh yang bahkan tidak bisa menggunakan sihir apapun; mungkin wanita itu mengacu pada hal itu.
Memikirkan hal itu, Tatsuya tetap sopan dan diam.
“Bahkan di antara para guru, kamu sudah jadi bahan pembicaraan.“
Mayumi berkata dengan senyum yang riang, tanpa peduli dengan Tatsuya yang terdiam.
Mungkin saja karena sangat jarang ada sepasang saudara kandung yang sangat berbeda satu sama lain, pikir Tatsuya.
Akan tetapi, tidak ada keragu-raguan atau perasaan negatif yang terasa dari wanita itu. Dia merasa tidak ada tanda-tanda mencemooh dalam senyumnya itu.
Tatsuya cuma merasakan rasa bersahabat yang positif dalam senyum Mayumi.
“Dari nilai maksimum 100, nilai rata-ratamu dari 7 mata pelajaran dalam ujian penerimaan adalah 96. Khususnya, yang terbaik pada teori sihir dan teknik sihir. Meskipun nilai rata-rata dari mereka yang lulus dalam mata pelajaran itu tidak lebih dari tujuh puluh, tapi kamu mendapat nilai sempurna tanpa kesulitan untuk kedua mata pelajaran yang memiliki pertanyaan berbasis esai. Itu rekor yang luar biasa tinggi.“
Ini bukan imajinasinya mendengar pujian itu, pikir Tatsuya. Mungkin alasannya karena,
MKnR v01 10.jpg
“Itu hanya hasil test tertulis. Tidak lebih dari data di dalam sistem informasi.“
Penilaian kemampuan siswa dari sekolah sihir, lebih menitikberatkan pada hasil tes praktek, bukan dari hasil tes tertulis.
Sementara Tatsuya tersenyum pahit, ia seakan mangacu ke dada kirinya sendiri.
Tidak mungkin kalau presiden dari dewan siswa itu tidak mengerti.
Namun, Mayumi menggelengkan kepalanya dan tersenyum mendengar kata-kata Tatsuya itu.
“Itu adalah hasil yang luar biasa, tahukah kamu bahkan aku sendiri tidak akan mampu untuk melakukannya. Mungkin aku tidak kelihatan seperti itu, tetapi aku sendiri cukup percaya diri dalam mata pelajaran yang berbasis teori. Jika pada ujian penerimaan aku harus menjawab soal yang sama denganmu, aku pasti tidak akan bisa memperoleh nilai setinggi itu seperti kamu Shiba-kun.“
“Sudah saatnya......... permisi.“
Tatsuya pergi meninggalkan Mayumi, yang kelihatannya masih ada yang ingin dia bicarakan, dan berbalik arah dan pergi tanpa menunggu balasan darinya.
Di dalam lubuk hatinya, dia khawatir dengan senyum di wajah Mayumi, dan apa yang akan terjadi jika dia berbicara lebih lama dengannya.
Walaupun Tatsuya tidak sadar apa yang sedang dia khawatirkan.


◊ ◊ ◊


Akibat dari percakapannya dengan presiden dewan siswa, saat Tatsuya memasuki auditorium, lebih dari setengah tempat duduk yang tersedia sudah terisi.
Karena tidak ada aturan dalam memilih tempat duduk, dia bebas untuk duduk dimana saja.
Bahkan sekarang ini, tergantung dari sekolah, ada sekolah yang masih mengikuti tradisi lama yang mengatur tempat duduk di kelas yang diumumkan sebelum upacara penerimaan siswa baru, tetapi untuk sekolah ini, seorang siswa dapat memastikan kelasnya setelah menerima Kartu ID.
Oleh karena itu, tempat duduk tidak diatur tergantung kelasnya.
Akan tetapi, ada pembagian yang jelas untuk tempat duduk dari siswa baru itu.
Setengah dari baris pertama akan ditempati oleh Blooms. Siswa yang memiliki emblem bunga berkelopak delapan di dada kiri mereka. Siswa baru yang bisa mendapat manfaat penuh dari kurikulum di sekolah ini.
Setengah dari baris belakang akan ditempati oleh Weeds. Sisa yang dada kirinya kosong. Sisa baru yang hanya diterima sebagai cadangan.
Walaupun mereka sama-sama siswa baru, yang menjadi murid dari sekolah ini di setiap hari yang sama, mereka terbagi dengan rapi menjadi kelompok dengan emblem dan kelompok tanpa emblem.
Dan ini bukanlah sesuatu yang dipaksakan.
(Orang-orang yang sadar dengan diskriminasi malah menerima diskriminasi itu, ya.......)
Itu memang sudah jadi rahasia umum.
Tanpa bermaksud untuk menantang arus secara terang terangan, Tatsuya memilih tempat duduknya sendiri di tengah dari sepertiga baris terakhir.
Tatsuya melihat ke arah jam dinding.
Masih ada sisa 20 menit.
Tatsuya tidak bisa mengakses situs di dalam auditorium di mana peralatan komunikasi dilarang untuk dipergunakan. Data yang tersimpan dalam terminalnya juga bukan informasi baru baginya, dan yang lebih penting, itu dilarang untuk membuka terminal di tempat ini.
Tatsuya mencoba memikirkan adiknya yang sedang melakukan gladi bersih terakhirnya saat ini... dan menggelengkan kepalanya.
Adik perempuannya tidak akan gugup tepat sebelum acara utama.
Pada akhirnya, Tatsuya, yang tidak melakukan apapun, membuat dirinya duduk nyaman di kursi dan menutup matanya. Sesaat sebelum dia tertidur,
“Er, apakah kursi di sebelahmu kosong?“
Sebuah suara terdengar.
Dia membuka matanya, dan seperti yang dia pikirkan, suara itu ditujukan pada dirinya.
Seperti yang sudah diperkirakan, itu adalah suara dari seorang siswi.
“Silahkan.“
Meskipun Tatsuya bingung mengapa ia sengaja memilih untuk duduk di samping seorang siswa asing, meskipun faktanya masih banyak kursi kosong, selain itu kursi di sini juga dibuat cukup luas supaya nyaman, di sampingnya seorang wanita muda yang ramping (ini mengacu pada aspek horizontal), walaupun demikian, Tatsuya tidak merasa gelisah karena dia duduk di sampingnya. Sebaliknya, itu jauh lebih nyaman daripada jika lelaki berotot yang duduk di sampingnya.
Memikirkan hal itu, Tatsuya mengangguk dengan sopan.
Terima kasih, 3 wanita muda lainnya kemudian duduk satu persatu.
Begitu rupanya, Tatsuya membenarkan pemikirannya sendiri.
Sepertinya mereka sedang mencari tempat yang cukup untuk mengakomodir keempatnya untuk duduk bersama.
Mungkin mereka berteman satu sama lain, walaupun cukup jarang melihat empat orang teman lulus penerimaan siswa baru ke sekolah ini dan bahkan menjadi siswa jalur 2 bersama, pikir Tatsuya. Itu tidak akan terasa aneh jika salah satu dari mereka memiliki kemampuan tinggi, dia pikir —— tetapi itu bukan urusannya.
“Er.....“
Suara itu memanggil Tatsuya lagi, setelah dia kembali menatap ke depan karena sudah tidak tertarik lebih jauh lagi pada siswa seangkatan yang duduk di sampingnya yang dia temui secara kebetulan.
Apa sebenarnya yang dia inginkan?
Jelas sekali, dia bukan kenalan, dan dia tidak menyenggolnya atau menginjak kakinya.
Bahkan Tatsuya merasa postur duduknya sudah benar.
Tatsuya seharusnya tidak melakukan apapun yang mengakibatkan dirinya menerima keluhan tetapi —
“Namaku Shibata Mizuki. Senang berkenalan denganmu.“
Tidak disangka, dia mengenalkan dirinya pada Tatsuya, yang memiringkan kepalanya. Dengan nada yang tampaknya pemalu. Meskipun tidak baik untuk menilai seseorang karena penampilannya, wanita muda itu tampaknya bukan tipe yang terbiasa berkenalan dengan orang asing.
Dia mungkin berusaha untuk melakukannya, pikir Tatsuya. Wanita muda itu mungkin melakukannya dengan harapan kalau mereka akan saling membutuhkan dan saling membantu karena mereka sama-sama siswa jalur 2.
“ Namaku Shiba Tatsuya. Senang berkenalan denganmu juga. “
Setelah membalas perkenalannya, mata wanita muda yang memakai lensa itu terlihat lega.
Jaman sekarang, cukup jarang melihat gadis yang memakai kacamata.
Sejak pertengahan abad ke 21, sebagai konsekuensi dari prosedur penyembuhan penglihatan semakin diketahui secara luas, penyakit yang dikenal sebagai miopia telah menjadi sesuatu dari masa lalu di negeri ini.
Kecuali orang yang dilahirkan karena kelainan penglihatan yang diakibatkan keturunan pada tingkat serius atau semacamnya, orang tidak akan memakai alat bantu penglihatan, dan bahkan dalam hal seseorang benar-benar membutuhkannya, lebih umum bagi orang untuk memakai lensa kontak yang walaupun dipakai selama 10 tahun tidak akan berbahaya bagi tubuh.
Jika wanita itu tetap memakai kacamata, bisa jadi karena hobi, aksesoris, fashion, atau —
(Sensitivitas berlebihan pada emisi partikel spirit, huh.....)
Sekilas, Tatsuya bisa memperkirakan kalau itu lensa biasa tanpa minus. Setidaknya, Tatsuya tahu kalau lensa itu tidak digunakan untuk membantu penglihatannya. Menurut pendapatnya tentang wanita muda itu, daripada memakai kacamata itu untuk fashion, mungkin lebih tepat kalau wanita itu memakainya untuk keperluan tertentu, pikir Tatsuya.
“Sensitivitas berlebihan pada emisi partikel spirit “ merupakan suatu kondisi dimana seseorang bisa melihat emisi partikel spirit tanpa sadar, dan tidak mampu menghentikannya, dengan kata lain, sejenis kelainan yang tidak bisa dikendalikan. Walaupun, ini bukan penyakit, ataupun cacat.
Ini adalah suatu kelainan dimana kemampuan panca indera menjadi sangat tajam.
Pushion (Partikel Spirit) dan Psion (Partikel Pikiran). Kedua partikel itu diteliti dalam “ Fenomena Para-Psikologikal “— yang juga terdapat dalam sihir — terdiri dari entitas non-fisik yang tidak berhubungan dengan Fermions, partikel yang membentuk komposisi materi, yang juga tidak sama dengan Bosons, yang menyebabkan hubungan interaksi antar materi. Psion adalah manifestasi partikel dari niat dan pikiran , sementara Pushion bisa dianggap sebagai manifestasi partikel dari emosi yang ditimbulkan oleh niat dan pikiran. (Sayang sekali bahwa ini adalah masih pada tahap hipotetis.)
Biasanya, Psion yang dipakai dalam sihir, dan dalam sistem teknologi dari sihir modern, menitikberatkan pada cara mengontrol Psion. Yang harus dipelajari pertama kali oleh Penyihir adalah cara untuk memanipulasi Psion.
Orang yang menderita karena " Sensitivitas berlebihan pada emisi partikel spirit ", kelainan yang disebabkan keturunan, yang menunjukkan gejala kepekaan berlebihan pada emisi spirit partikel — sehingga bisa melihat cahaya yang tidak dapat dilihat secara fisik oleh orang biasa tergantung dari aktifitas Pushion.
Mereka yang terpengaruh secara visual oleh emisi partikel spirit akan mengganggu keadaan emosional diri mereka. Akibatnya, Pushion yang diduga menjadi partikel yang dibentuk oleh emosi, dan sehingga, seseorang yang menderita " Sensitivitas berlebihan pada emisi partikel spirit " cenderung rentan terhadap gangguan stabilitas mentalnya.
Pada dasarnya, untuk mencegah hal itu, diperlukan kontrol sensitivitas Pushion, dan bagi mereka yang tidak mampu untuk melakukan itu, mereka akan memerlukan bantuan teknologi. Salah satu alat bantu ini adalah kacamata yang terbuat dari lensa berbahan khusus yang dikenal sebagai "Aura Cut Coating Lenses ".
Pada kenyataannya, untuk Penyihir, " Sensitivitas berlebihan pada emisi partikel spirit " bukanlah kondisi yang langka terjadi. Karena kepekaan Penyihir untuk Pushion dan kepekaan terhadap Psion kurang lebih hampir sama, jumlah penyihir yang secara sadar memanipulasi Psion dan terganggu karena terlalu sensitif terhadap radiasi partikel spirit lebih banyak. Bahkan bisa dikatakan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Namun, memang cukup jarang melihat seseorang yang memiliki gangguan yang menyebabkan orang itu harus terus menerus memblokir emisi partikel spirit dengan kacamata. Tidak akan menjadi masalah jika itu karena kemampuan manipulatif yang lebih rendah, tetapi jika itu karena sensitivitas yang sangat tinggi, maka itu akan menjadi berita buruk bagi Tatsuya. (Meskipun itu hal yang sebaliknya untuk orang tersebut.)
Tatsuya mempunyai rahasia.
Rahasia yang tidak akan terbongkar dari penampilan luarnya, tetapi jika wanita itu memiliki mata spesial yang memungkinkan dirinya untuk merasakan Pushion dan Psion yang dapat terlihat secara langsung olehnya, rahasia Tatsuya mungkin akan terbongkar secara tidak sadar.
— Tatsuya harus sangat hati-hati jika berada di sekitar wanita itu.
“ Namaku Chiba Erika. Senang berkenalan denganmu, Shiba-kun. “
“ Senang berkenalan denganmu juga. “
Suara dari perempuan yang duduk di sebelah Mizuki mengalihkan pikiran Tatsuya.
Tapi itu gangguan yang masih bisa dimengerti.
Tatapan Tatsuya tanpa sengaja berubah menjadi cukup tajam, dan sifat pemalu Mizuki sudah mencapai puncaknya, tetapi masih tidak disadari oleh Tatsuya.
“ Tapi, bisakah aku katakan kalau ini adalah kebetulan yang menarik? “
Berbeda dengan temannya, Erika kelihatan seperti orang yang lebih terbuka.
Rambut pendeknya, berwarna cerah dan perawakannya menunjukkan dirinya gadis yang ceria.
“ Apa itu ? “
“ Jadi, nama kita Shiba, Shibata, dan Chiba kan ? terdengar berirama kan ? walaupun sedikit berbeda. “
“ .... Betul juga. “
Tatsuya bisa mengerti apa maksudnya.
( Tapi, Chiba[1] ya...... Numbered yang lainnya ? aku tidak tahu ada anak perempuan bernama “ Erika “ di dalam keluarga Chiba. Tetapi bisa jadi dia bukan keturunan langsung.... )
Ketika Tatsuya memikirkan hal itu, sangat menarik, dia sedikit tertawa namun tidak sampai membuat orang di sekitarnya menatapnya.
Setelah dua siswa lain yang berada di samping erika selesai memperkenalkan diri, Tatsuya merasa ingin memuaskan rasa ingin tahunya.
“ Apakah kalian berempat berasal dari SMP yang sama ? “
Jawaban Erika sama sekali tidak diduga oleh Tatsuya.
“ Tidak, kami baru saja bertemu untuk pertama kalinya. “
Wajah kaget Tatsuya mungkin kelihatan aneh, dan Erika sambil tertawa terus menjelaskan.
“ Aku tidak tahu tadi ada di mana tapi aku sedang menatap papan informasi; dan kemudian Mizuki memanggilku. “
“..... Papan informasi ? “
Aneh, pikir Tatsuya. Data untuk upacara penerimaan siswa baru termasuk dengan lokasi diadakannya, telah dikirimkan kepada semua siswa. Dengan menggunakan LPS ( Local Positioning System ), merupakan aplikasi standar dari mobile terminal , bahkan jika murid baru itu tidak melihat papan informasi, atau mengingat informasi itu, seseorang tidak akan tersesat.
“ Kami bertiga tidak membawa data terminal kami. “
“ Soalnya, model layar virtual dilarang penggunaannya dan kami menyimpan data kami disana. “
“ Kami cukup beruntung masuk sekolah ini rupanya, tidak masuk akal rasanya kalau sampai bolos upacara penerimaan siswa baru. “
“ Sebenaranya aku lupa membawa milikku “
“ Jadi itu alasanmu, ya...... “
Tatsuya sebenarnya tidak bisa menerima alasan itu. Ini adalah penerimaan murid baru di sekolahmu, setidaknya, pastikan dulu lokasi tempat dilangsungkannya upacara sebelum berangkat, dia berkata dalam hati, tapi tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Tidak perlu rasanya berdebat untuk hal yang tidak penting— memikirkan hal itu, Tatsuya menahan dirinya.


◊ ◊ ◊


Kata sambutan dalam pidato Miyuki memang luar biasa seperti yang sudah diperkirakan.
Tatsuya tidak pernah berpikir kalau adik perempuannya akan gugup untuk hal seperti ini.
Walaupun Miyuki sangat bersemangat dan memakai beberapa kata yang cukup riskan seperti “ setiap orang setara “, “ sebagai satu kesatuan “, “ tanpa mempermasalahkan kemampuan sihir “ atau “ secara bersama-sama “, dia menyusunnya dengan sangat baik dan tidak terdengar menyakitkan sama sekali.
Sikap terbuka Miyuki, kemurniannya, dan kerendahan hatinya, ditambah lagi dengan penampilannya yang cantik dan mempesona, telah mencuri hati setiap orang, tidak hanya laki-laki, tidak hanya siswa baru, tetapi bahkan kakak kelas juga.
Miyuki mungkin akan dikerumuni keramaian mulai besok dan seterusnya.
Memang bukan hal yang aneh.
Kalau memakai standar masyarakat, kita bisa menyebut Tatsuya seorang siscon dari caranya memperlakukan adiknya. Tatsuya ingin memujinya secara langsung , tetapi sayangnya, ada yang harus diurus setelah upacara selesai yaitu masalah Kartu ID.
Karena kartu individu tersebut tidak dibuat sebelumnya, maka pengaturannya dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap orang harus pergi ke lokasi yang ditentukan sendiri dan mengisi data pribadi mereka sendiri ke dalam kartu yang nantinya bisa digunakan di dalam lingkungan sekolah, counter manapun yang mereka tuju, prosedur bisa selesai, tapi tiba-tiba, sedikit hambatan muncul dalam hati Tatsuya.
Miyuki tentu saja tanpa diragukan lagi tidak perlu melakukan pengisian data itu, sebagai perwakilan siswa baru, dia sudah diberikan kartu itu.
Dan sekarang, di tengah keramaian pengunjung dan para siswa.
“ Shiba-kun, kamu masuk di kelas mana ? “
Erika, tidak bisa menyembunyikan kegirangan di wajahnya, ketika bertanya pada Tatsuya, yang berada pada baris terakhir dari kelompok itu (dengan kata lain, dia termasuk lelaki yang bersikap ‘Ladies first ‘)
“ Kelas E. “
Mendengar jawaban Tatsuya,
“Yay ! kita berada di kelas yang sama. “
Erika melompat kegirangan. Dia kelihatan sedikit berlebihan tetapi,
“ Aku juga berada di kelas yang sama. “
Mizuki sama halnya dengan Erika juga tampaknya kegirangan, sepertinya ini reaksi yang alami dari siswa baru.
“ Aku di kelas F. “
“ Aku di kelas G. “
Walaupun berbeda kelas, reaksi keduanya tidak terlihat sedih. Bagaimanapun juga mereka sudah semangat sekali ketika diterima di sekolah ini.
Sekolah ini ada 8 kelas untuk siswa kelas 1, dan setiap kelas ada 25 siswa.
Karena itu, mereka setara.
Pertama- tama, Weeds ditempatkan di kelas E sampai H, dan Blooms ditempatkan di kelas A sampai D.
Dua gadis yang berbeda kelas tadi akhirnya berjalan masing masing. Sepertinya mereka pergi ke kelas mereka. Walaupun kelas A-D dan kelas E-H berada di lantai yang berbeda, bukan berarti kalau antusiasme mereka akan menurun.
Selain itu, siswa jalur 2 juga tidak selalu berkumpul bersama-sama dalam satu kelompok.
Ada juga beberapa dari mereka yang tetap berdiri tegak, dan bangga karena sudah diterima di sekolah yang memiliki reputasi bagus.
Karena sekolah ini juga termasuk dalam peringkat atas di antara sekolah-sekolah yang tidak berhubungan dengan sihir di negara ini.
Mereka berdua mungkin sedang mencari teman baru yang mungkin akan menghabiskan waktu bersama-sama di sekolah.
“ Apa yang harus kita lakukan sekarang ? Apakah kita juga ikut melihat ruang kelas kita ? “
Erika bertanya sambil melihat muka Tatsuya. Walaupun Mizuki tidak bertanya tetapi dia juga mungkin melihat ke arah Tatsuya.
Hanya beberapa sekolah yang masih melanjutkan tradisi lama, sekarang ini, SMA umumnya tidak lagi menggunakan sistem yang memakai guru wali kelas.
Edaran Administrasi tidak perlu diserahkan satu per satu, dan selain itu, tidak banyak anggaran ekstra yang dihabiskan pada sumber daya manusia tersebut, sehingga edaran didistribusikan melalui terminal yang terhubung di seluruh sekolah.
Sistem satu terminal untuk setiap individu sudah diterpakan di sekolah sejak puluhan tahun yang lalu.
Hampir semuanya dilakukan dengan menggunakan terminal data kecuali mengenai instruksi individu atau pelajaran praktek.
Jika lebih banyak pengurus yang diperlukan, konselor yang punya keahlian dalam berbagai disiplin ilmu akan dipekerjakan oleh sekolah.
Jadi, alasan wali kelas tetap diperlukan adalah untuk kenyamanan dalam pelajaran praktek dan percobaan. Ketika pelajaran praktek dan percobaan berakhir, dan karena kadang ada sedikit waktu kosong, mereka diperlukan untuk mengawasi sejumlah siswa. (Meskipun, pengawasan adalah pekerjaan sehari-hari.)
Selain itu, dengan sistem terminal pribadi, juga membuat beberapa hal menjadi sangat praktis.
Tidak peduli apa latar belakang dari orang-orang itu, sekali waktu mereka akan menghabiskan waktu di ruangan yang sama cukup lama, mereka akan berbaur dengan satu sama lain secara alami.
Dengan membuang sistem wali kelas, ikatan antara teman sekelas cenderung menguat.
Dengan kata lain, jika seseorang ingin cepat mendapat teman baru, maka pergi ke kelas merupakan cara tercepat. Tetapi, Tatsuya menggelengkan kepalanya atas ajakan Erika.
“ Maaf. Aku akan bertemu dengan adik perempuanku dulu. “
Tidak ada lagi yang harus dibicarakan lebih jauh dengan mereka hari ini .
Tatsuya sudah membuat janji dengan Miyuki untuk pulang sekolah bersama setelah semua prosedur selesai dilakukan.
“ Heeeh..... adik perempuan Shiba-kun pasti manis sekali kan ? “
Mendengar pemikiran dan pertanyaan Erika, Tatsuya merasa terganggu tentang bagaimana ia harus menjawabnya.
Jika adiknya, maka dia pasti manis, apa artinya itu? , pikir Tatsuya. Dia merasa bahwa dia tidak bisa mengerti hubungan sebab dan akibat antara kedua hal itu.
Untungnya, ia tidak benar-benar perlu memaksa dirinya untuk menjawabnya.
"Jangan-jangan adikmu yang menjadi ... perwakilan dari siswa baru, Shiba Miyuki-san?"
Karena Mizuki memberi pertanyaan yang lebih sederhana.
Kali ini, tidak perlu baginya untuk ragu. Anggukan dari Tatsuya sudah cukup untuk memastikan jawaban untuk pertanyaan itu.
"Eh? Benarkah? Lalu, apakah kalian kembar?"
Pertanyaan yang alami dari Erika. Untuk Tatsuya, itu adalah pertanyaan yang sudah dia dengar sejak kecil.
“ Aku sudah sering ditanya seperti itu tetapi kami bukan kembar. Aku lahir pada bulan April sedangkan dia lahir pada bulan Maret. Jika aku lahir satu bulan sebelumnya atau dia lahir satu bulan kemudian, maka kami tidak akan berada pada tahun ajaran"[2] yang sama di sekolah. "
"Hmm ... aku rasa itu benar-benar membuat hal-hal menjadi rumit ya?"
Memiliki adik yang berprestasi tinggi pada tahun ajaran yang sama, itu pasti akan rumit, tapi Erika tidak berniat buruk. Tatsuya tersenyum dan membiarkan pertanyaan melebar.
"Selain itu, mengejutkan kalau kamu bisa tahu. Karena Shiba bukan nama keluarga yang langka."
Mendengar pertanyaan balasan Tatsuya itu, dua wanita muda itu tersenyum kecil.
"Tidak, tidak, itu cukup jarang."
Namun, cara Erika mengatakan itu memberi kesan yang berbeda. Kontras dengan senyum Erika, yang tercampur perasaan masam,
"roman kalian mirip ..."
Senyum pendiam Mizuki tampak kurang percaya diri.
"Apakah kami mirip?, aku juga bertanya-tanya."
Kepala Tatsuya itu tidak berpaling dari kata-kata Mizuki. Dalam cara yang sama seperti kata-kata Erika tadi, seolah-olah nadanya menyoroti akar masalah, kata-kata Mizuki terasa tidak nyata baginya.
Mungkin sebenarnya, Tatsuya tidak percaya pada mereka.
Bahkan jika seseorang tidak benar-benar sedang mencari kelebihan pada diri Miyuki, dia memiliki kecantikan yang langka, bahkan jika kamu mengambil semua bakatnya yang berlebihan, hanya dengan berada di sana, dia tidak akan bisa menghindar tetapi akan mengumpulkan perhatian, terlahir sebagai idola , tidak, seorang bintang.
Melihat adik perempuannya, ia bisa memahami idiom, "Tuhan tidak memberikan dua bakat", hanyalah sebuah kebohongan yang menyenangkan.
Sebaliknya, ia sendiri hanya di atas norma, atau di atas rata-rata, mungkin? Tatsuya mengevaluasi diri sendiri.
Selama SMP, sebagai orang yang hanya melihat, banyak surat cinta ( yang menurut Tatsuya, itu adalah surat dari Fans ) sering ditujukan pada adiknya, Tatsuya tidak pernah sekalipun menerima hal seperti itu.
Bahkan jika itu hanya sebagian, mereka seharusnya masih mewarisi gen yang sama, tapi bahkan Tatsuya pernah meragukan tidak hanya sekali atau dua kali apakah mereka benar-benar berhubungan darah atau tidak.
"Jika kamu bicara seperti itu ... uhn, kalian terlihat sama. Shiba-kun bisa dikatakan ‘ Hunk[3] ‘. tapi penampakanmu hanya terasa seperti itu dan tidak lebih dari itu."
Sama seperti jawaban Erika dari pertanyaan Tatsuya itu, Mizuki juga mengangguk setuju.
" ‘ Hunk ‘ katamu? , kata yang sudah ketinggalan jaman dari era mana itu ... dan bukankah itu berarti jika kamu mengesampingkan wajahku, tidak ada kemiripan dalam diri kami kan?"
Jika dipikirkan dengan bijaksana, kata-kata Erika mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tapi sepertinya bukan hanya wajah mereka yang tampak sama. Setelah Tatsuya menafsirkan seperti itu, ia membalas Erika.
"Bukan itu, hmm, bagaimana yah aku harus menjelaskannya..."
Sepertinya Erika tidak bisa mengekspresikan itu dengan baik.
Kalau bukan karena Mizuki menyelamatkannya, dia mungkin saja masih akan meraba-raba untuk sementara waktu.
"Itu auramu, kharisma kalian terasa sama. Bisa ditebak kalian saudara kandung.."
"Benar juga! Aura, aura kalian."
Memukul pahanya sendiri, Erika juga mengangguk setuju.
Kali ini, giliran Tatsuya untuk tersenyum kecut.
"Chiba-san ... kamu bukan orang yang mudah terbawa suasana kan?"
Terbawa suasana ? Kamu jahat sekali, Erika mulai protes tapi Tatsuya membiarkannya. Dari nada suaranya, bukan berarti Erika benar-benar marah atas komentarnya.
"Selain itu, Shibata-san, kamu juga luar biasa karena dapat mengetahui aura kami ... Matamu pasti benar-benar bagus."
Kali ini Erika yang memotong kata-kata Tatsuya dengan nada yang mendalam.
"Eh? Mizuki kan memakai kacamata ?"
"Aku tidak bermaksud seperti itu. Selain itu, kacamata Shibata-san itu tanpa minus kan?"
Hah? Erika mengintip ke dalam kacamata Mizuki dengan wajah bingung.
Di sisi lain dari lensa itu, mata Mizuki melebar dan mengeras.
Apakah ia terkejut karena ada orang lain yang tahu, atau apakah dia menyesal karena rahasia miliknya diketahui? Apapun itu, menurut Tatsuya, seharusnya itu adalah sesuatu yang tidak ada konsekuensinya dengan diri Mizuki.
Mengapa dia membuat wajah seperti itu, Tatsuya tidak punya kesempatan untuk menyelidiki tentang hal itu.
Waktu berlalu. Dan itu mungkin yang terbaik untuk saat ini.


◊ ◊ ◊


“ Onii-sama, maaf sudah membuatmu menunggu. “
Di belakang Tatsuya dan yang lainnya, yang sedang berbicara di sebuah sudut dekat pintu keluar auditorium, suara orang yang sedang ditunggu Tatsuya terdengar.
Miyuki, yang dikelilingi oleh kerumunan, menyelinap keluar dari sana.
Awalnya, Tatsuya merasa bahwa Miyuki keluar sedikit lebih awal, tapi kalau melihat karakter adik perempuannnya, itu mungkin sudah tepat waktu.
Meskipun Miyuki bukan orang yang akan menghindar dari sosialisasi, tapi tidak terbantahkan bahwa ia memiliki kecenderungan untuk tidak senang dengan sanjungan dan pujian berlebihan. Meskipun bisa dikatakan kalau Miyuki berperilaku kekanak-kanakan, sejak kecil, sering sekali baginya untuk menerima pujian, dan di antara pujian-pujian itu, ada kalanya pujian itu terkandung dengan rasa cemburu dan iri yang jumlahnya juga bukan hanya segelintir.
Jika kamu membayangkan hal itu, maka cukup dimengerti bahwa Miyuki akan menjadi agak curiga terhadap pujian yang ia terima. Kamu bahkan dapat mengatakan bahwa ia berusaha bertahan untuk hari ini.
" kamu selesai lebih awal " adalah apa yang Tatsuya ingin katakan ketika ia berbalik, tapi meskipun kata-kata itu tetap sama seperti yang direncanakan, intonasinya berubah menjadi satu pertanyaan.
Di belakang orang-orang yang mengikuti Miyuki, ada satu orang yang tidak disangka Tatsuya akan menemani Miyuki.
“ Hello Shiba-kun. Kita bertemu lagi. “
Dalam menanggapi senyum dan sapaan yang ramah itu, Tatsuya menunduk tanpa mengatakan apapun.
Meskipun perkenalan Tatsuya yang tidak memadai jika dibandingkan dengan sikap sopan santun Mayumi, senyum Presiden Dewan Siswa, Saegusa Mayumi, tidak memberi kesan tidak menyenangkan sedikit pun. Mungkin, itu adalah poker face miliknya, atau mungkin, ini adalah bawaan lahir dari wanita muda yang lebih senior darinya itu, yang manapun itu, Tatsuya, yang baru saja bertemu dengannya, tidak mengetahuinya.
Tapi, daripada respon aneh dari kakak laki-lakinya kepada presiden dewan siswa, adik perempuannya tampak terganggu oleh dua wanita muda yang berdiri disamping kakaknya.
"Onii-sama, mereka ..."
Sebelum menjelaskan situasinya sendiri tentang mengapa ia tidak sendirian, Miyuki sedang mencari penjelasan mengapa Tatsuya tidak sendirian. Meskipun ia agak terkejut dengan kekurang sopanannya, Tatsuya tidak menyembunyikan apa pun. Tatsuya menjawab tanpa menunda sedetik pun.
"Ini adalah Shibata Mizuki-san. Dan itu Chiba Erika-san. Kami berada di kelas yang sama."
"Jadi begitu ... bukankah sedikit terlalu cepat bagimu untuk kencan dengan teman sekelasmu ?"
Dengan menggemaskan Miyuki memiringkan kepalanya ke samping, bukan berarti aku ingin melarangmu melakukan hal itu, wajah Miyuki seperti ingin mengatakannya. Bibirnya membentuk senyuman seorang Lady. Tapi, matanya tidak tersenyum.
Astaga, pikir Tatsuya.
Sepertinya segera setelah upacara, Miyuki telah dibombardir dengan sanjungan dari kiri dan kanan, memojokkan dirinya, sehingga banyak mengakumulasi stres.
"Tidak mungkin itu terjadi kan, Miyuki? Kami hanya mengobrol sambil menunggumu.
Kamu sudah bersikap tidak sopan kepada mereka berdua, bukan? "
Wajah cemberut adik perempuannya tampak lucu menurutnya, tetapi tidak memperkenalkan dirinya sendiri setelah pihak lain memperkenalkan diri mungkin akan membuat reputasinya kurang baik di depan kakak kelas dan siswa tahun yang sama. Melihat mata Tatsuya sedikit mencela, wajah Miyuki tampak memberi isyarat untuk berhenti, dan setelah itu, Miyuki memberikan senyum yang lebih ramah di wajahnya.
"Selamat siang, Shibata-san, Chiba-san. Aku Shiba Miyuki. Aku juga seorang siswa baru seperti Onii-sama, jadi aku berharap bisa berteman dengan kalian. "
MKnR v01 11.jpg
“ Namaku Shibata Mizuki. Aku juga berharap untuk bisa berteman denganmu."
"Senang bertemu denganmu. Kamu bisa memanggilku Erika. Bolehkah aku memanggilmu dengan Miyuki?"
"Ya, silakan. Akan sulit untuk membedakan antara aku dan kakakku dari nama keluarga kami."
Ketiga perempuan muda itu saling memperkenalkan diri satu sama lain lagi.
Salam yang dipakai antara Miyuki dan Mizuki sepertinya cocok untuk orang yang baru pertama kali bertemu. Tapi untuk Erika, sejak awal, dia secara mengejutkan (jika ini adalah cara yang tepat untuk mengungkapkannya) sangat bersahabat.
Namun, hanya Tatsuya yang merasa canggung pada cara berbicara Erika yang terlalu bersahabat.
Tidak ada tanda-tanda Miyuki yang merasa risih dengan perilaku Erika yang terasa terlalu bersahabat dari anggukannya.
"Ah-ha, Miyuki, aku tidak menyangka kamu begitu ramah kalau dilihat dari penampilanmu."
"Kamu juga seterbuka seperti sebagaimana penampilanmu. Senang bertemu denganmu, Erika."
Setelah merasa bosan dengan semua sanjungan dan pujian, kelihatannya Miyuki cukup menyukai sikap terus terang Erika, lebih dari itu sepertinya mereka berdua entah bagaimana telah mengerti satu sama lain. Miyuki dan Erika keduanya bertukar senyum tanpa ragu-ragu satu sama lain. Sementara Tatsuya merasa ditinggalkan di belakang, menurutnya sebaiknya mereka tidak terlalu lama berdiri di sini. Kelompok yang bersama dengan presiden dewan siswa yang mengikuti adik perempuannya cukup ramai, walaupun mereka tidak benar-benar menghalangi siapa pun, tetapi, jika mereka terus berdiri di sekitar sini, mereka akan menjadi halangan untuk orang-orang yang ingin melewati tempat itu.
"Miyuki. Apakah urusanmu dengan dewan siswa sudah selesai ? Jika belum, aku bisa pergi menghabiskan waktu sendiri ?"
"Tidak apa-apa."
Orang yang menjawab pertanyaan dan saran Tatsuya adalah pihak lain.
"Aku di sini hanya untuk menyapa kalian saja hari ini.
Miyuki-san ... boleh aku memanggilmu begitu juga? "
"Ah, iya boleh."
Selagi Mayumi memanggilnya, Miyuki mengangguk, senyumnya yang tanpa ragu-ragu itu berganti dengan ekspresi serius.
"Kalau begitu Miyuki-san, kita akan melanjutkannya pada hari lain."
Mayumi mengucapkan selamat tinggal dengan wajah tersenyum dan mulai keluar dari auditorium. Tapi, salah satu siswa laki-laki yang menyertainya di belakang meminta Mayumi berhenti. Dengan bangga menyombongkan dadanya seolah-olah itu hal yang wajar, yaitu lambang bunga berkelopak delapan itu.
"Tapi Presiden, bagaimana dengan jadwal di pihak kita ..."
"Kita kan tidak benar-benar membuat janji sebelumnya. Jika dia sudah memiliki janji lain, dia harus memberikan prioritas padanya dulu kan ?"
Setelah siswa laki-laki itu, yang tampaknya masih ingin melanjutkan perdebatan, akhirnya tertahan oleh sorot matanya, Mayumi tersenyum penuh arti pada Miyuki dan Tatsuya.
"Kalau begitu Miyuki-san, aku akan pergi sekarang. Shiba-kun juga, aku ingin melanjutkan obrolanku denganmu di hari-hari berikutnya."
Setelah menyampaikan salam, Mayumi pergi. Diikuti dengan siswa laki-laki yang mengikuti di belakangnya sambil berbalik, dan ia menatap Tatsuya dengan sorot mata yang tajam dan seolah-olah terdengar lidahnya berdecak... ck.....


◊ ◊ ◊


“...... Apakah sebaiknya kita pulang sekarang ?"
Kelihatannya Tatsuya entah bagaimana memancing ketidaksenangan bukan hanya dari kakak kelas tapi anggota eksekutif dewan siswa ketika ia baru saja mendaftarkan diri ke sekolah, itu adalah sesuatu yang di luar kendalinya. Tentu saja, sepertinya dia tidak akan menjalani kehidupan yang mulus dan lancar di mana ia kadang harus menghadapi hal-hal seperti itu. Meskipun pengalaman hidupnya masih kurang dari 16 tahun, Tatsuya sudah pernah mengalami hal negatif yang lebih dari itu.
"Maafkan aku, Onii-sama. Karena aku, kamu jadi mendapat kesan buruk ..."
"Tidak ada yang perlu dimaafkan."
Tanpa membiarkan Miyuki yang tampak tertekan menyelesaikan kata-katanya, Tatsuya mengangkat tangan dan meletakkannya di kepala Miyuki dari sisi dengan ketukan kecil. Sambil terus membelai rambutnya dengan cara menyisir, wajah tertunduknya menjadi merah merona. Bagi orang yang melihat mereka, sepasang saudara ini tampaknya mendekati batas yang berbahaya, tapi mungkin, mereka masih menahan diri untuk berkomentar sebagai konsekuensi yang baru saja berkenalan dengan dua bersaudara itu, Mizuki, dan Erika juga, tidak berkata apapun tentang itu.
"Yah, karena kita semua di sini, kenapa kita tidak pergi minum teh?"
"Kedengarannya bagus! Tampaknya ada toko kue yang bagus di sekitar sini."
Dengan kata lain, itu adalah undangan untuk teatime.
Tidak perlu rasanya untuk bertanya pada mereka apakah keluarga mereka sedang menunggu mereka. Menanyakan hal seperti itu mungkin akan menjadi perhatian yang tidak perlu. Sama halnya untuk Tatsuya dan Miyuki.
Selain itu, Tatsuya memiliki sesuatu yang ingin ditanyakan. Sebenarnya, itu benar-benar suatu hal yang tidak penting, tapi hal itu akan membuatnya penasaran jika dia tidak menanyakannya.
"Kamu tidak memeriksa di mana upacara penerimaan siswa baru akan diadakan, tetapi kamu bisa tahu ada di mana toko kue?"
Ini mungkin pertanyaan yang sedikit menggoda.
"Tentu saja! Ini sesuatu yang penting, kan?"
Tapi Erika mengangguk mantap tanpa sedikitpun ragu-ragu.
"" Tentu saja ', ya ...... "
Pengakuannya berubah menjadi keluhan. Tapi, Seolah-olah itu adalah urusan orang lain, Tatsuya berpikir orang lain yang akan menerima beban itu.
"Onii-sama, bagaimana menurutmu?"
Tapi sepertinya Tatsuya adalah satu-satunya yang terkejut pada pernyataan Erika.
Bahkan Miyuki tampaknya tidak mempermasalahkan kurangnya logika dalam memprioritaskan kafe makanan manis dibanding lokasi upacara. — Meskipun tentu saja, Miyuki tidak mengetahui rincian dari keseluruhan cerita.
"Yah, kedengarannya bagus. Bagaimanapun, kita baru saja berkenalan dengan satu sama lain. Baik itu jenis kelamin yang sama, atau tahun yang sama, kita mungkin tidak akan menemukan teman yang lain terlalu banyak."
Meskipun Tatsuya mengatakan itu, tapi sesungguhnya ia tidak pernah benar-benar terlalu memikirkan jawabannya tadi. Tidak ada masalah yang benar-benar mendesak menunggunya di rumah. Awalnya, Tatsuya tidak merencanakan kalau mereka akan pergi ke suatu tempat untuk menghabiskan sore hari dalam rangka merayakan diterimanya adiknya di sekolah sebelum pulang ke rumah.
Bagaimanapun juga kata-kata Tatsuya kelihatan tidak dipikirkan dalam-dalam, dan itu tercermin begitu saja dari suaranya.
Menyadari kata-kata Tatsuya itu adalah isi hatinya yang sebenarnya, Erika dan Mizuki kembali berkomentar.
"Shiba-kun, rupanya kalau tentang Miyuki, kamu tidak berpikir terlalu dalam tentang hal itu ..."
"Kamu benar-benar peduli dengan adikmu, ya.. ..."
Apakah itu pujian atau komentar karena takjub, ditambah gabungan dari tatapan yang berbeda kepadanya, Tatsuya hanya bisa terdiam dengan wajah masam.


◊ ◊ ◊


Toko kue yang direkomendasikan Erika adalah "cafetaria Perancis dengan dessert yang lezat", mereka makan siang di sana dan menghabiskan waktu dengan mengobrol riang ( cuma tiga wanita yang berbicara, dan Tatsuya hanya mendengarkan), dan saat mereka tiba di rumah, sudah hampir malam.
Tidak ada orang untuk menyambut mereka.
Rumah yang jauh melebihi ukuran rata-rata, tampaknya hanya dihuni oleh Tatsuya dan Miyuki.
Tatsuya kembali ke kamarnya dan melepas seragamnya.
Dia benar-benar tidak ingin berpikir bahwa pakaian yang seperti mantel darurat' itu dapat mempengaruhi dirinya, tapi, setelah melepas blazer yang sengaja didesain untuk terlihat "berbeda", ia merasa sedikit lebih ringan. Dia mendecahkan lidahnya sekali pada perasaan ini dan berganti pakaian secepatnya.
Saat ia sedang bersantai di ruang tamu, tak lama kemudian, Miyuki, yang telah selesai berganti pakaian, turun dari kamarnya.
Meskipun bahan pakaian telah mencapai kemajuan besar, desain pakaian sebagian besar tetap sama seperti seratus tahun yang lalu.
Kakinya yang indah tersingkap dari bawah rok pendek gaya dari awal abad ini, Miyuki mendekatinya.
Untuk beberapa alasan, selera mode adik perempuannya cenderung lebih terbuka kalau di rumah. Meskipun Tatsuya tampaknya sudah terbiasa untuk itu, sifat feminim Miyuki yang meningkat kalau di dalam rumah sering menyebabkan Tatsuya sedikit terganggu kemana ia harus menatap.
"Onii-sama, kamu ingin minum?"
"Boleh juga, aku ingin kopi."
"Tentu saja."
Saat ia menuju dapur, rambut panjangnya berayun dibelakang tubuh langsingnya. Itu untuk mencegah rambutnya mengganggu pekerjaannya di dapur, tapi, melihat sekilas ke pangkal lehernya, yang biasanya tertutup oleh rambutnya yang panjang, sebuah keindahan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata terpancar dari bagian leher pakaiannya .
Di negara maju dimana penggunaan Home Automation Robots (HAR) tersebar luas, perempuan — dan laki-laki — yang bekerja di dapur semakin sedikit. Semakin sedikit orang yang tetap melakukan pekerjaan di dapur, seperti memanggang roti atau menyeduh kopi, dengan tangan mereka sendiri kecuali karena hobi.
Dan Miyuki termasuk kelompok minoritas ini.
Bukan karena dia tidak mengerti menggunakan mesin.
Ketika teman-temannya datang berkunjung, dia biasanya akan meninggalkan pekerjaan itu ke HAR.
Tapi, ketika bersama-sama dengan Tatsuya saja, dia pasti akan memilih mengerjakannya sendiri.
Suara gilingan kacang dan suara menggelegak air mendidih sampai ke telinga Tatsuya dengan samar-samar.
Dia bisa dikatakan cukup menutup untuk bahkan pergi sampai sebatas menggunakan tetes kertas sederhana, daripada menggunakan alat pembuat kopi model lama.

Tatsuya pernah mencoba menanyakannya sekali, dan jawabannya adalah ia ingin melakukannya dengan cara itu, jadi itu mungkin memang hobi baginya. Tatsuya juga ingat waktu ia bertanya dengan curiga apakah itu memang hobinya, dan kemudian Miyuki memelototinya dengan wajah cemberut.
Apapun itu, kopi yang diseduh Miyuki paling cocok dengan selera Tatsuya.
"Onii-sama, silahkan diminum."
Dia menempatkan cangkir di samping meja, kemudian Miyuki datang dari sisi lain dan duduk di sampingnya.
Minuman di atas meja itu adalah kopi hitam, sedangkan yang Miyuki pegang ditambahkan susu ke dalamnya.
"Aromanya benar-benar nikmat."
Tidak ada pujian yang perlu ditambahkan lagi.
Hanya dari itu saja, Miyuki tersenyum lebar.
Kemudian, mengintip ke wajah puas dari kakak laki-lakinya dengan mata tersenyum, wajahnya terlihat lega saat ia mulai meminum minumannya – itu adalah Miyuki yang biasanya.
Dengan itu, mereka berdua menikmati kopi mereka.
Tak satu pun dari mereka memaksakan bahan obrolan.
Keduanya tidak terganggu dengan kehadiran satu sama lainnya.
Saat-saat ketika merasa canggung untuk tidak berbicara satu sama lain dalam jangka waktu yang panjang sudah lama berlalu.
Topik yang bisa mereka bicarakan cukup banyak. Hari ini adalah upacara penerimaan siswa baru. Mereka telah membuat teman-teman baru, dan untuk beberapa alasan, mereka juga bertemu kakak kelas yang merepotkan. Miyuki diundang oleh dewan siswa seperti yang diperkirakan. Hal-hal yang bisa diingat kembali, dan hal-hal yang bisa dibicarakan, terlalu banyak untuk satu malam.
Tapi, mengobrol dengan saudaranya sendiri, di rumah mereka, sampai kopi di dalam cangkir mereka habis.
"- sudah hampir waktunya untuk membuat makan malam."
Miyuki berdiri sambil memengang cangkir kosongnya, diikuti Tatsuya yang berdiri dan menyerahkan cangkir kopinya ke tangan adik perempuannya.
Malam semakin larut dan berlalu seperti biasa untuk kedua saudara kandung itu.

- Copyright © Light Novel Animeku - Date A Live - Powered by Blogger - by Heryadi Saputra -