Popular Post

Posted by : Unknown Sunday, October 2, 2016

"Eh..."
"Ada apa?"
"Tadi Yuuji bilang, kapan reformasi Taika?"
"Kau anak kelas tiga sekarang, dan kau masih belum tahu? Kau sungguh bodoh, Shouko."
"Kita belum diajari sampai situ sekarang. Kau saja yang terlalu pintar."
“Untuk menghafalnya mudah. Ingat saja 'Reformasi Tanpa-Kecelakaan'.”
“Tanpa-Kecelakaan?”
“Karena tidak ada kecelakaan yang terjadi ketika itu. Ingat ya.”
“Baik.”

“Reformasi itu terjadi di tahun 625.”[1]

“Baiklah, sudah kuhafal.”
“Bagus. Pastikan kau mengingatnya.”
“Jangan khawatir, aku tak akan lupa.”


Soal Pertama

Jawablah soal-soal berikut ini:
Untuk mengurangi massa panci penggorengan, unsur magnesium digunakan dalam proses manufakturnya. Akan tetapi hal ini dapat memicu hal yang tidak diinginkan ketika digunakan dalam memasak. Deskripsikan sesuatu yang tidak diinginkan tersebut, dan sebutkan nama logam campuran yang dapat digunakan untuk menggantikan magnesium tersebut.

Jawaban Himeji Mizuki:
“Reaksi kimia keras akan terjadi ketika magnesium berhubungan langsung dengan api dan menyebabkannya terbakar. Duralumin dapat digunakan untuk mengganti magnesium.”
Komentar Guru:
“Benar. Pertanyaannya dengan jelas menanyakan ‘nama logam campuran’, jadi jika menjawab “besi” akan salah. Bagus, kau tidak terjebak.”

Jawaban Tsuchiya Kouta:
"Tagihan gasnya belum dibayar."
Komentar Guru:
"Tidak relevan dengan pertanyaannya."
Meja kecil gaya Jepang.

Jawaban Yoshii Akihisa:
"Futuranium dapat digunakan ( -> Nantinya akan sangat keras)."
Komentar Guru:
"Ini belum ditemukan, kan?"




Sekarang adalah musim semi keduaku di Akademi Fumizuki.
Seolah menyambut murid baru, kedua sisi lereng yang mengarah ke akademi dipenuhi pohon sakura berbunga mempesona. Aku bukan tipe orang elegan dan berkelas yang biasanya berhenti sebentar untuk menikmati keindahan, tapi pemandangan ini terlalu indah hingga aku tidak bisa tidak terpesona.
Meski itu terjadi hanya untuk sesaat.
Pikiranku dipenuhi dengan hal-hal berbau musim semi, tapi bukan tentang bunga sakura. Aku ingin tahu kelas baruku dan teman-teman seperjuanganku, yang akan berbagi kelas denganku selama setahun ke depan.



"Yoshii, kau telat."
Suara yang tidak ramah menyapaku saat sampai ke gerbang sekolah. Aku menolehkan kepala dan melihat ke arah suara tersebut. Seorang pria bertubuh kekar, kulit kecoklatan dan rambut pendek, berdiri di sana.
“Ah, tetsu- Maksudku, Pak Nishimura, selamat pagi!”
Aku menundukkan kepala sedikit ketika menyapanya. Bagaimanapun juga, dia adalah guru galak. Kau jelas berada dalam masalah jika dia memanggil namamu.
“Barusan kau memanggilku ‘Tetsujin’?”
“Haha, Bapak salah dengar, kali.”
“Oh, benarkah?”
Nyaris sekali, aku hampir memanggilnya seperti yang biasa kulakukan.
Omong-omong, dia dipanggil “Tetsujin” [EdNote: = manusia besi, ironman] karena hobinya ikut lomba triatlon[2]. Tentu saja kebiasaannya memakai baju lengan pendek bahkan di musim dingin memberikan kontribusi untuk itu juga.
“Hmm, kau tidak hanya akan menyapaku, kan?”
“Oh, maaf. Bapak kelihatan agak hitam hari ini.”
“Kau lebih kuatir dengan warna kulitku daripada meminta maaf yang sopan karena terlambat?”
“Oh jadi itu maksudnya… Maaf saya terlambat.”
“Ya ampun… Kau tidak pernah belajar.”
Dia mengeluarkan desahan sambil menggumam. Dari apa yang dia bilang, kedengarannya aku pelanggar peraturan yang sering terlambat.
“Pak, biasanya saya tidak terlambat, kan?”
Beliau adalah wali kelasku tahun lalu, jadi seharusnya tahu sudah berapa kali aku telat datang ke sekolah.
“Lupakan saja, ini ambillah.”
Dia mengambil sebuah amplop dari dalam kotak kardus dan menyerahkannya padaku. Namaku, Yoshii Akihisa, jelas tertera di sana.
“Terima kasih.”
Aku menunduk dengan sopan dan mengambil amplopnya.
"Kenapa pihak sekolah menyerahkan hasil pembagian kelas dengan cara yang merepotkan? Bukankah akan lebih mudah jika menempelnya di papan buletin?"
Kelihatannya bagiku tampak sangat tidak praktis, menyerahkan hasil untuk tiap siswa dalam amplop dan mengatarnya secara pribadi.
"Kita akan melakukan itu jika kita sekolah reguler biasa, tapi sekolah kita adalah yang pertama menggunakan sistem ujian tercanggih. Inilah alasannya kita membagikan hasil secara individual."
"Entah kenapa aku segan dengan jawaban itu..."
Kujawab dia sambil membuka amplopnya. Kelas mana yang akan kutempati? Aku tidak sabar ingin mengetahuinya.
Bagan/Peta lantai kelas dua
Murid kelas dua dan yang lebih tua di Akademi Fumizuki akan ditempatkan ke dalam ruangan kelas yang terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, dan dibagi berdasarkan hasil ujian kelas. Mudahnya, di Kelas A ada anak jenius, dan anak yang paling idiot pasti ada di Kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejen akan ditandai oleh kelas mana kau berada. Untuk melindungi harga diriku sebagai lelaki, aku akan melakukan apapun agar tidak berakhir di Kelas F."
"Yoshii, sesungguhnya..."
"Hmm?"
Amplopnya dilem rekat sekali, aku masih berusaha membukanya.
"Setelah setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: Apakah Yoshii seorang idiot?"
"Bapak jelas salah tentang itu. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila kau serius tentang itu."
Aku tidak sedang berusaha untuk menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian kemarin, tapi aku rasa aku bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, beliau sudah mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.
"Benar. Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa kelirunya aku dulu."
"Aku senang mendengarnya, Pak."
Aku tetap tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.
Di kelas mana aku akan berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?
"Bahagialah, Yoshii. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."
Aku membuka lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:

"Yoshii Akihisa - Kelas F"

"Kau memang idiot."
Demikian, hidupku di kelas terparah dimulai.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Light Novel Animeku - Date A Live - Powered by Blogger - by Heryadi Saputra -