- Back to Home »
- High School DxD »
- High School DxD. Bab 5 End Game
Setelah Ise-kun dan Asia-san menghilang dari medan tempur, hanya ada
kami berempat tersisa, termasuk aku – Kiba Yuuto, majikanku Rias-Buchou,
Akeno-san, dan Koneko-chan.
Musuh punya tiga orang tersisa. Kaichou, Shinra-senpai, dan [Peluncur] yang tersisa dari anggota OSIS.
--Kami telah kehilangan setengah anggota kami.
Game dimana satu pihak seharusnya mendominasi mendapat pukulan
berat tepat sejak awal. Pihak yang dikatakan lebih superior juga telah
kehilangan setengah anggota mereka. Aku sudah bisa mendengar komentar
para Iblis Kelas Tinggi yang menyaksikan kami dari atas.
Penilaian Buchou sudah pasti akan jatuh. Namun, kami tak bisa membiarkannya jatuh lebih dari ini.
Ise, pemberi semangat dalam tim kami, telah lenyap.
Ini......sangat besar. Aku masih bisa menahannya, namun apa yang akan
terjadi di pikiran Buchou? Kalau Asia-san masih disini, dia pasti sangat
shock.
Para anggota kami saat ini – tak akan berubah untuk waktu ini.
Biarpun terdapat dampak mengejutkan barusan, selama itu tak mempengaruhi
pertarungan, tak ada masalah, namun......
Asia-san juga diluar dugaan telah dijatuhkan. [Reverse] itu, yang
telah dipilih untuk digunakan saat dia mengaktifkan kemampuan
penyembuhnya, dan lebih jauh lagi versi perluasan-areanya. Kerusakan
yang ditimbulkan oleh [Reverse] pasti sangat tak terbayangkan.
Yang lebih penting, Asia-san telah dikalahkan dalam sekejap.
[Peluncur] lawan – Hanakai-san juga menghilang dari serangan yang dia
berikan. Kemungkinan, mereka telah memprediksi sebelumnya bahwa
kemampuan penyembuhan bisa diperluas dan bahwa itu akan digunakan, dan
membuat taktik untuk melawannya. Mereka pasti juga sudah
mempertimbangkan bahwa penyembuhan Asia-san yang diperluas akan
menyembuhkan tanpa membedakan antara kawan atau lawan. Kalau reverse
diaktifkan saat lebih dari satu kawan sedang disembuhkan........kami
semua bisa saja tersingkir dalam sekejap. Sungguh taktik mengerikan.
Jadi kau sudah berpikir sejauh itu, Sona-Kaichou. Namun, meskipun
demikian, dia sampai memiliki niat untuk mengorbankan budaknya
sendiri........aku bisa merasakan kalau kekuatan kesatuan mereka lebih
kuat daripada kami. Karena dia percaya pada para anggotanya, mereka bisa
menampilkan kemampuan sehebat itu.
Di sisi lain, teknik Ise-kun itu.......aku tak bisa berkata apa
apa lagi. Tapi, kalau lawannya terbatas pada wanita, itu mungkin akan
sangat mengancam.......Tunggu, ini bukan saatnya aku memikirkan hal
seperti itu.
Sona-kaichou tak mengincar kemenangan dengan kekuatan besar,
namun justru menggunakan taktik handal dalam melawan kami, yang memiliki
kekuatan besar. Inilah Rating Game yang sebenarnya. Kalian tak bisa
menang hanya dengan kekuatan!
Buchou berdiri dan melihat ke atas. Dia pasti tengah berfokus pada Kaichou, yang berada di atas atap.
Biarpun Ise-kun telah kalah, Buchou masih kalem. Benar benar
seorang [Raja]. Karena kalau [Raja] tak berfungsi dan bertindak, maka
Game juga akan terpengaruh.
“Koneko-chan, bisakah kamu merasakan jiwanya?”
Buchou menanyai Koneko-chan.
“Ya, aku tak bisa mendeteksinya sebelumnya, tapi sekarang aku
bisa merasakan jiwa Kaichou di atap. Kupikir dinding pelindung
sebelumnya adalah ilusi palsu yang membuatnya seolah olah Kaichou ada di
dalamnya, dan juga pengecoh spesial yang membuat siapa saja tak bisa
menentukan lokasi dan jiwa seseorang.”
Telinga kucingnya bergerak gerak, nampaknya sedang mencari jiwa Kaichou.
Telinga kucingmu sangat manis, Koneko-chan. Koneko-chan juga
berada dalam kondisi siaga bertarung, meskipun Ise-kun telah menghilang.
Aku sangat bersyukur akan hal itu. Dengan ini, kita bisa bertarung
dengan mencukupi.
Aku mengacungkan pedangku pada Shinra-senpai dan para budak lain dari kelompok Sitri.
“Baiklah, bagaimana kita harus lakukan ini? Sebagai pengguna dua-pedang, akankah kita putuskan dengan pedang?”
Shinra-senpai merespon pertanyaanku.
“Itu juga tak masalah. Dalam catur, saat [Pion] dipromosi, dalam
kebanyakan kasus mereka menjadi [Ratu]. Namun, situasi pertarungan
berubah kalau mereka berpromosi menjadi [Kuda] tergantung pada setting.
Ada juga banyak perbedaan diantara catur sungguhan dan Rating Game,
namun – ini akan jadi pertandingan bagus.”
Pertarungan diantara aku dan Shinra-senpai telah diputuskan. Di sampingnya, hanya ada satu [Peluncur] lawan – Kusaka-san, namun—
Pada momen itu, Akeno-san memasuki bidang pandanganku seiring dia memancarkan percikan aura emas dari sekujur tubuhnya.
Akeno-san – memasang tatapan dingin di matanya yang basah oleh air mata dan memancarkan aura aneh.
“.....Padahal aku mencoba menunjukkan keyakinanku pada Ise-kun.......”
Dia melangkah ke depan dengan kaki berguncang dan goyah. Aku bisa
merasakan tekanan kuat dalam langkah itu yang tak bisa diungkapkan
dalam kata kata.
“......Biarpun aku mencoba menanggulanginya.......dengan menggunakan kekuatan yang kubenci di hadapannya.......”
Akeno-san perlahan mengangkat tangannya di depannya dan—
“Aku takkan memaafkanmu.”
Dia menunjukkan wajah alami dari sisi S-nya! Kondisi paling
mengerikan dari Akeno-san! Mustahil, tak kusangka Akeno-san yang
biasanya kalem akan bereaksi seperti ini oleh kehilangan Ise-kun!
“—Lenyaplah!”
Setelah pernyataan sejenak dalam amarah itu, massa raksasa petir
menyembur dari tangan Akeno-san dan meluncur ke arah [Peluncur] Sitri
Kusaka-san!
Doooooooooooooooooooooooooooooon!
“Reverse!”
Sekejap sebelum hantaman, Kusaka-san mengacungkan tangannya dan mencoba mereverse petir, namun—
Bigagagagagagagagagagagagagagagagagagaga! Petir dahsyat menyelimuti tubuh Kusaka-san!
Kusaka-san tak bisa mereverse petir dan menerima serangan Akeno-san secara langsung!
Dan di saat yang sama, dia terselimuti dalam cahaya dan menghilang!
“Sepertinya itu tak berguna. Dia mencoba mereverse petir, namun
yang kutembakkan barusan adalah halilintar. Petir dan cahaya. Reverse
dari bagian cahaya tak cukup untuk mereverse seluruhnya.”
[Salah satu “Peluncur” Sona Sitri-sama, kalah.]
“—Kekuatan tak bisa dibalikkan saat kekuatan yang direverse diubah.”
Seperti yang Akeno-san katakan, sepertinya latihan mereka tak
cukup bagi mereka untuk menguasai kekuatan [Reverse]. Akeno-san kemudian
mengacungkan tangannya pada [Ratu] Shinra-senpai!
Akeno-san sudah mengabaikan pertarungan diantara aku dan senpai!
Dia telah melupakan aku karena shock kehilangan Ise-kun dan kemarahannya
karena tak mampu menampilkan kekuatan halilintarnya pada Ise-kun!
Mungkin sebagai hasil dari itu, Akeno-san mampu menaklukkan
kekuatan itu, namun sungguh perkembangan tak terduga. Tak kusangka
Ise-kun memiliki arti sangat besar bagi Akeno-san!
“Kuh!”
Shinra-senpai merasakan bahaya pada tubuhnya dan mulai melarikan diri dari sini!
Kah! Dooooooooooooooooooooooooooooooon!
Halilintar menyerbu ke arah senpai! Kalau seorang Iblis terkena
secara langsung oleh itu, mereka tak akan berdaya! Karena itu adalah
campuran kekuatan petir dan kekuatan cahaya, yang merupakan kelemahan
Iblis, hanya membayangkan terkena kekuatan itu sangatlah mengerikan.
Namun, Shinra-senpai menghindari halilintar dan mencoba kabur ke bagian dalam departemen store.
Aku dengan segera mengejarnya! Aku tak akan kalah dari segi kecepatan!
Sembari berlari, aku menciptakan Pedang Suci Iblis, dan saat aku
menyusul aku menikamkannya padanya! Pedangku diblokir oleh naginatanya,
tapi aku tak tahu kapan dia akan memunculkan Sacred Gear serangan-balik
itu!
Shinra-senpai mengeluarkan botol kecil dari kantongnya – [Air Mata Phoenix]! Jadi [Ratu] Sitri memiliki sendiri!
Dia melempar botol kecil itu padaku dan memotongnya dengan naginatanya. Cairan di dalamnya tertuang padaku!
“Reverse!”
Shinra-senpai meneriakkan itu! Dia berniat mengganti kekuatan
penyembuh air mata yang kuat menjadi kerusakan fatal setelah itu
mengenaiku! Aku dengan cepat mengganti Pedang Suci Iblisku menjadi
Pedang Air!
Bishah!
Gelombang air bercampur bersama dengan air mata. Saat bercampur
dengan objek lain, air mata akan kehilangan efeknya. Dan sebagai
hasilnya, [Reverse] juga menjadi tak berarti!
“Kalau ada celah meski hanya sedikit!”
Senpai dengan tajam mengacungkan naginatanya ke arahku!
Begitu, serangan barusan dimaksudkan untuk membuatku lengah. Namun—
Zan!
Pedang Pedang Suci Iblis merekah dengan berlimpah disekitar
Shinra-senpai! Pedang pedang Suci Iblis dalam jumlah besar menyembur
dari lantai dan menghancurkan naginata senpai.
“Aku yang saat ini tak memiliki celah.”
Saat aku mencoba mengayunkan pedang ke arahnya, dia membuat
cermin muncul di hadapannya. Aku memperlemah pedang sekuat mungkin dan
mereka hanya menusuk dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan
cermin.
Barin! Doooooooooo!
Cermin itu patah dengan cepat dan serangannya dikembalikan padaku
dengan daya rusak dobel, tapi – aku bisa menahan ini! Aku menggertakkan
gigiku dengan kesakitan dan mengangkat lengan kiriku ke arah langit.
“Petro, Basileus, Dionysius, Holy Mary. Mohon dengarkan suaraku!”
Ruang berdistorsi dan robekan tercipta! Aku memasukkan tanganku ke dalamnya!
“Tak mungkin!? Itu!”
Memahami arti semua ini, Shinra-senpai terkejut.
“Dengan nama saint yang bersemayam di pedang suci, aku melepaskan engkau – Durandal!”
Item yang aku keluarkan dari robekan ruang adalah Pedang suci Legendaris, Durandal!
Xenovia! Akan kubalaskan penyesalanmu disini juga!
Mengikuti momentum saat aku mengeluarkan Durandal, aku menebas
Shinra-senpai! Pedang suci mengenainya, dan luka serius didapatkan oleh
Shinra-senpai!
Bahkan dalam situasi itu, dia tak mengaktifkan Sacred Gear
serangan-baliknya. Jadi dia tak mampu menggunakannya secara terus
menerus.
“Ini saran dari Xenovia. Buat jaga jaga kalau dia tak bisa
bergerak atau bertarung, dia akan mentransfer hak pedang untuk digunakan
olehku, karena pedang ini terlalu bagus untuk dia.”
Itu benar, Xenovia telah mengajariku cara menggunakan Durandal.
Dan bagaimana bisa aku, yang memiliki Pedang Suci Iblis, menggunakan Durandal, mau tahu?
“Namun, kemampuan Suci Iblismu itu—“
Shinra-senpai mengatakan itu dengan tubuhnya terselimuti cahaya sebagai tanda teleportasi kekalahan.
“Aku tak punya masa lalu. Karena itu, aku melihat neraka,
namun........aku berbeda sekarang. Berkat mencapai Balance Breaker,
sepertinya aku bisa menggunakan Durandal seperti ini.”
Buuuuuuuuuuuuuun.........
Durandal memancarkan gelora sunyi dan damai. Ia tak mengeluarkan gelora mengamuk dan keras seperti saat bersama Xenovia.
“Kuh! Ini.....! Kamu bisa menanganinya lebih baik dari Xenovia-san!?”
Shinra-senpai mengatakan itu, namun aku tak berpikir begitu.
“.....Karena Xenovia memiliki aura temperamen yang mengharapkan
kekuatan, Durandal mungkin juga bereaksi pada hal itu. Namun aku memilih
kepastian ketimbang kekuatan. Kemampuan ketimbang kekuatan.”
Aku telah berniat untuk menekannya dengan kekuatan, namun
meskipun demikian lantai telah terpotong menjadi dua sampai jarak yang
sangat jauh dari gelombang kejut saat menebas Shinra-senpai. Sepertinya
aku akan menerima evaluasi minus karena hal ini.
“Kupikir pedang ini adalah kuda keras kepala yang bahkan tak
mendengar kata kata penggunanya, namun itu nampaknya benar. Ini memotong
melebihi yang kuinginkan........jadi mengendalikannya masih sulit.”
“....! Ini berada diluar perhitungan kita, Sona! Bahkan lebih
dari Hyodou-kun.....! As sejati mereka adalah......! Budak yang paling
harus kita perhatikan adalah........Kiba Yuuto!”
Shinra-senpai meninggalkan kata kata perpisahan itu dan menghilang dari tempat ini.
[“Ratu” Sona Sitri-sama, kalah.]
“Itu karena aku – berusaha untuk melampaui Ise-kun, bukan, Sekiryuutei.”
Memalukan. Sangat memalukan bagiku. Kekalahan melawan keluarga
Phenex. Ise-kun, kamu bukan satu satunya yang terisi oleh perasaan
frustasi dan rasa malu hebat pada waktu itu.
--Karena [Kuda] sejati Rias Gremory dijatuhkan tanpa bisa melindungi majikanku.
Biarpun aku akhirnya bisa mencapai Balance Breaker, kekuatanku
dan rekan rekanku tak bisa menghadapi Kokabiel, dan aku juga tak bisa
memasuki pertarungan melawan Hakuryuukou. Aku sama sekali tak berguna di
kedua waktu itu.
Memalukan.
Aku sungguh memalukan, Ise-kun!
Karena itu aku mulai belajar dari nol lagi dibawah guruku. Benar
benar dari nol. Aku mempelajari dari dasar dasar teknik pedang lagi.
Mungkin memberitahu diriku kalau aku tak seperti dirimu, aku juga
terus bergerak maju dan berlatih sampai poin nampak sangat bodoh. Kalau
aku hanya membanggakan diriku karena mencapai Balance Breaker, maka aku
akan jatuh ke dalam kelemahan!
“—Lebih dari apapun, aku benci kalau semua orang menganggap bahwa kami hanya memiliki Sekiryuutei!”
Kamu mungkin menargetkan Vali. Tapi satu satunya tujuanku adalah
menjadi pedang majikanku, dan berdiri sebagai partner di sampingmu,
rekanku.
Rias Gremory tak hanya memiliki “Sekiryuutei”, namun juga “Kiba
Yuuto sang Pedang Suci Iblis”. Karena aku ingin mengatakan itu, aku—
“—Aku juga akan menjanjikan hal yang sama dengan yang kamu
janjikan. Aku takkan pernah membuat majikanku Rias Gremory menangis
lagi.”
Satu satunya lawan yang tersisa adalah – sang [Raja], Sona Sitri-Kaichou.
Atap departemen store. Langit diluar nampak putih, kosong dari apapun. Karena ini berada di dalam ruang Game.
Empat anggota kami yang tersisa telah menuju kesana. Di depan kami adalah Sona-Kaichou.
Kaichou mengalihkan tatapannya ke arah kami dan tersenyum pahit. Buchou bertanya.
“Sona, kenapa di atas atap?”
“[Raja] harus tetap bertahan sampai saat terakhir. Itulah tugas
seorang [Raja]. Kalau [Raja] sampai dijatuhkan, maka Game akan berakhir,
kan?”
“....Ya, kurasa aku tak perlu mempertanyakan hal itu lagi.”
“Rias, Saji menang melawan Sekiryuutei. Tak ada dari Ise-kun atau
kamu yang membuat kesalahan – Tolong jangan anggap enteng anak itu.
kamu bukan satu satunya yang sangat mati matian.”
“Ya, aku bisa merasakannya dengan tubuhku.—Baiklah, mari kita selesaikan ini, Sona.”
Buchou mengambil langkah ke depan. Apa dia berniat melakukan ini satu-lawan-satu?
Dia adalah orang yang tak akan berhenti biarpun diperingatkan. Kalau itu masalahnya—
“Kalau aku merasakan bahaya, aku akan segera masuk untuk membantumu. Aku tak akan mendengarkan keegoisanmu.”
“.....”
Buchou tak bereaksi pada kata kataku, namun dia pasti memahami.
Kalau Buchou mendekati kekalahan, aku tak akan hiraukan protesnya dan
akan masuk untuk membantunya.
Kalau [Raja] dijatuhkan, habislah sudah. Aku tak bisa membiarkanmu kalah, Rias-Buchou.
Kemudian, pertarungan diantara dua teman baik dimulai—
Aura air berkumpul di sekitar Kaichou, dan perlahan membentuk
sesuatu. ini bukan jumlah air yang wajar. Melihat lebih cermat, air
sepertinya terkumpul dari mana mana di dalam departemen store.
Benar benar Keluarga Sitri yang spesialisasinya adalah sihir air.
Aku pernah mendengar kalau spesialitas kakaknya adalah es, dimana
adiknya adalah air.
Dalam sihirnya, Buchou membawa [Power of Destruction]. Serangan
yang menghancurkan lawan. Tanpa ragu ragu, Buchou menembakkan peluru
peluru sihir ke arah temannya Sona-Kaichou! Jumlah pelurunya nyaris
tanpa akhir seperti senapan mesin!
Peluru peluru itu hanya seukuran softball, namun aku bisa
merasakan sihir dengan kemurnian tinggi di setiap tembakannya.
Sepertinya itu latihan Buchou juga menampakkan hasil. Alasan dia tak
menembak secara menyolok adalah karena aturan.
Zabun. Zabaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan!
Sona-Kaichou memanipulasi air dan membentuknya menjadi dinding,
menghentikan serangan Buchou. Dalam sekejap sihir Buchou kena, air juga
lenyap di saat yang sama, namun karena dia mengumpulkannya dari seluruh
bangunan, jumlahnya tak terbatas.
“Baiklah, Rias. Akan kutunjukkan teknik airku secara baik baik padamu.”
Kaichou mentransformasi sejumlah besar air dengan sihir,
mengubahnya menjadi banyak elang yang terbang di udara, ular yang melata
di tanah, singa ganas, para serigala yang berkumpul bersama, dan
beberapa naga raksasa juga.
Jadi dia bisa membuat banyak hal berbeda ini sekaligus! Keahlian sihirnya bahkan melampaui Buchou!
“Itulah yang kuharapkan, Sona!”
Tersenyum dengan berani, Buchou melakukan kompresi demi kompresi
pada [Power of Destruction] nya dan membuat peluru peluru sihir tak
terhitung banyaknya di udara. Mereka yang tak punya kekuatan akan lenyap
seketika oleh satu dari tembakan itu. Sampai bisa mengkompresi semua
itu, sepertinya Buchou telah membangun kekuatan sihirnya dengan baik
sepanjang latihannya.
Keduanya handal dari segi kualitas sihir mereka, namun melihatnya
lebih seksama, Buchou unggul dalam kekuatan dimana Kaichou unggul dalam
teknik.
Mereka berdua berdiri dengan siap. Kemudian, mereka berdua – melepaskan serangan mereka satu sama lain di saat yang sama.
[Kekalahan terkonfirmasi. Kemenangan bagi Rias Gremory-sama!]